Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Random Thought~2

Untuk seukuran aku yang banyakan diemnya ini kadang justru masih merasa belum punya cukup waktu untuk bisa benar-benar sendirian. Padahal kalo dipikir-pikir kurang apa coba.  Di kosan aku ngga banyak ngobrol sama adikku, soalnya aku tipe yang ngobrol tuh mesti mood dulu, kalo ngga mood ya gimana cara adikku aja pokoknya biar aku buka suara. Ribet banget kan.  Di kantor pun ngga jauh beda. Ditengah kesibukan yang menyita fokus mata, otak dan jemariku yang lincah ini. Jangan pikir orang yang nyapa aku bisa cukup dengan sekali panggilan. Bukannya ngga denger, aku tuh cuma kayak udah terprogram gitu untuk tidak cepat merespon orang yang cuma manggil sekali. Apalagi yang ngga penting banget. Jadi, kayak udah tau mana yang manggil buat urusan penting dan mana yang manggil cuma buat sekadar nyapa. Otakku tuh semacam menyimpan data jenis-jenis orang mana aja yang sering serius nanya sama yang cuma basa-basi doang. Bahayanya, gara-gara kebiasaan ini orang kantor pada ngatain aku sombon...

Random Thought~1

Suatu hari temanku cerita; "Fir, aku nyobain jalan ke mall sendirian dong, ngga kuat ihh. . . Masa aku kek orang ling-lung, kek lupa tujuan mau ngapain. Kamu bisaan ihh. Sumpah, aku mah ngga bisa, baru juga sebentar langsung pulang da. Padahal, aku rencananya pengen muter-muter gitu ke toko buku, jajan Chatime, liat-liat baju, mampir ke Heartwarmer, keliling Lotte, makan ramen di Mujigae, ah banyak lah pokoknya. Naha kamu mah bisa sih?" " Nanaonan ai kamu?  Lain ngajak-ngajak, atuda leubar ku parkir na hungkul.  Ya aku mah bisalah, yang menurut aku asyik belum tentu asyik buat kamu keles. Jangan diikutin atulah, kan kita beda. Berarti kamu ngga nyaman kaya gitu atau karena ngga biasa". Jawabku. Sebenernya bukan cuma satu temenku yang pernah nyobain jalan-jalan ke luar rumah sendirian. Ada beberapa, dan kesemuanya temenku ini mengaku  gatot  alias gagal total. Mereka mengumpat, katanya: ngabisin waktu sendirian di tempat rame itu serasa kayak orang gila. Mereka bilan...

Padamu; Lelaki Yang Merasa Sudah Cukup Siap Membersamai

Aku tidak menunggumu. Sungguh. Kurasa sekarang aku tidak memiliki keinginan menunggu siapapun. Pun, aku memang tidak mencari dan sedang tidak ingin dicari. Jika ditengah huru-hara dunia ini kau merasa sulit menemukan persembunyianku, maka aku sangat senang. Sebab, berarti aku telah berhasil menutup diri sebaik yang kuingini.  Andai kelak, suatu hari nanti namaku telah sampai ke telingamu. Berita tentangku kemudian mendobrak rasa penasaranmu agar kiranya dapat mengenalku lebih dekat.  Padamu, aku sampaikan; jangan pernah terpikir untuk sekedar bermain-main.  Selesaikan dahulu segala pertimbangan, upayakan kau telah benar-benar mantap sebelum datang. Ketahuilah, aku bukan wanita yang mudah untuk sekedar menjadi tempat singgah. Kau tidak boleh sembarangan membulatkan tekad. Adalah aku perempuan yang masih belum dianggap dewasa oleh kedua orang tuaku. Memiliki hati yang lembut namun keras kepala. Aku mudah menangis namun sulit menenangkan diri. Hidup dengan mengusung banyak t...

Menikah Perlu Persiapan~1

Selamat malam, Juni. . .  Izinkan aku menulis sebuah tema berat yang belakangan kerap mendesakku agar sesegera mungkin menghamburkannya di ruangan ini. Ya, blogku ini adalah ruangan dimana aku bebas mengekspresikan diriku. Tindakan menulis sejauh ini menjadi sarana paling nyaman untukku bercerita. Aku tahu suatu hari akan ada masa aku lupa pernah memikirkan ini, aku tidak ingat bahwa aku pernah ingin menulisnya. Itulah sebabnya menyimpannya disini akan sangat berguna teruntukku yang mau sekedar mengulas hari-hari di masa lalu.  Beberapa tahun yang lalu, saat masih jadi mahasiswi tingkat atas aku pernah berada di posisi menggebu perihal pasangan. Pernah menjadi tertarik sekali agar menikah muda seperti kebanyakan teman seusiaku pada saat itu. Memang, di semester-semester atas hal ini marak terjadi. Entah mengapa merasa siap jika sudah ada yang datang serius melamar. Tidak muluk, mau yang mapan atau yang paham betul agamanya, apalagi yang rupawan wajahnya. Saat itu, aku cuma but...

Masih Sendiri

Masih sendiri, bukan karena aku masih menunggumu. Masih tidak ingin ada yang membersamai, bukan karena hatiku masih sulit mengganti posisimu. Bukan, sekali-kalipun sendiriku tidak berniat menujumu lagi. Kita sudah kalah pada permainan kemarin. Akui saja. Terima dengan lapang dada. Sebaliknya, kita juga sudah menang. Iya, kita menang melawan nafsu ingin bersama dalam ikatan tidak suci. Memang. . . Allah membuat kita terpukul hebat. Aku dan kamu mungkin pernah menangis. Menumpahkan air mata yang tidak sedikit. Secara diam-diam, disuatu malam. Sempat amat sulit menerima. Tapi tidak bisa menyesal karena telah dipisahkan dengan cara yang benar. Seringnya kebenaran memang sakit. Tapi tidak lebih sakit dari mempertahankan hubungan yang salah. Hubungan yang salah bahkan memiliki alur yang penuh oleh kisah tersakiti dan menyakiti. Itu jauh lebih rumit. Hari demi hari dihabiskan melukis luka di masing-masing hati. Lihatlah, wanita polos yang kau bangga-banggakan dulu. Dia yang rela disingkirkan,...

Cerita Patah~Part 1

  Aku pernah jatuh untuk pertama kalinya, sedalam perasaan yang tidak pernah kuduga. Kupikir; aku hanya menyukai seseorang diam-diam, dan itu tidak sulit. Alias mudah saja. Cukup menginginkannya di dalam hati, lalu menguburnya dalam-dalam. Tidak perlu ada yang tahu soal perasaanku, lantas aku akan tetap baik-baik saja menyembunyikannya sendirian.  Tidak bisa dipungkiri, aku benar-benar dibuat jatuh pada kali pertama bertemu. Kejadian itu sudah berlangsung beberapa tahun yang lalu. Walaupun sudah berlalu cukup lama, aku berniat mengenangnya untuk menjadi bahan refleksi diri.  Wanita pemalu sepertiku, memang cenderung menyukai tipe lelaki yang tidak mudah ditebak. Tidak banyak bicara, cuek namun penuh kejutan adalah sosok yang kukira pantas membersamai diriku. Lelaki agak perfectionist adalah paling ideal, terkhusus untukku wanita yang juga menyukai kesempurnaan. Bukankah pasangan akan sangat serasi jika memiliki banyak kesamaan? Kukira begitu. Berbeda dari kebanyakan,...

Aku Memilih Rehat

Awalnya ini terasa tak mungkin, kondisi seperti ini hanya pernah singgah dalam bayangan. Ya, hanya benar-benar singgah, bukan harapan yang aku semogakan dalam doa. Terlebih lagi, banyak hak yang mesti aku prioritaskan alih-alih berpikir hengkang dari dunia yang selama ini menghidupiku.  Rasanya, jika itu terjadi entah apa yang telah merasuki diriku sampai hati bertindak sedemikian gegabah. Hanya saja, dunia ini berputar sesuai kehendak Allah. Tidak satupun kejadian hidup lepas dari perhitungan-Nya, maka benar sekali perihal masa depan adalah sulit untuk menjadi tebakan. Terkadang bahkan, sangat sulit dimengerti inikah yang dimaksud dengan ucapan adalah doa ataukah ini adalah wujud dari pengabulan Allah atas doa orang-orang yang tidak pernah diketahui. Yang jelas, sekarang ini semesta dengan campur tangan Allah telah berhasil membalik haluanku dan seketika menghentikan sederet perencanaan. Aku saja yang selama ini merasa pandai soal bangkit dan pulih, tak terasa menghabiskan banyak ...

Kenapa Saya Gelisah Melihat Orang Lain Memiliki Apa Yang Tidak Saya Miliki?

My dear, hati-hati sama hati. Mengapa kita harus gelisah sama ketetapan yang dibuat sama Allah sendiri? Sebagai manusia biasa, kita mudah sekali merasa iri pada kebahagiaan orang lain yang nampak di depan mata. Mudah berprasangka bahwa; hidup kita tidak pernah sebanding dengan hidup orang lain. Kita pikir hanya hidup kita yang paling rumit, sedangkan orang lain selalu aman, tentram dan bahagia tersebab apa-apa yang dia miliki. Sering kita berkata; "Alangkah beruntungnya hidup mereka". Lalu, terus mengeluhkan semua yang kita alami. Seluruh persoalan hidup kita ungkit-ungkit pada Allah dengan penuh kesal. Selalu begitu, tidak sekali dua kali kita bertanya sambil marah kepada Allah. Bahkan saat berdoa sehabis shalat, kita menangis sembari berteriak di dalam hati; "Ya Allah . . . apa salahku? Mengapa hidupku tidak sebahagia si fulan ya Allah? Kapan semua masalah ini berakhir? Kapan aku berkesempatan memiliki apa yang aku inginkan seperti mereka-mereka?". Kenyataannya, k...

Yang Terjadi, Sudah Terjadi

Seandainya waktu dapat diulang. Rasanya ada banyak hal yang ingin sekali didatangi kembali, dibenahi atau tidak pernah dilakukan sama sekali. Seandainya bisa, pasti akan menjadi sangat melegakan. Hari ini, kita tidak perlu menanggung beban penyesalan atas segala kesalahan dari masa lalu. Namun sayangnya, mustahil. Kita tidak akan bisa memutar waktu ke belakang. Kita tidak akan pernah bisa merubah masa lalu. Berandai-andai kiranya setiap yang telah terjadi tidak pernah terjadi hanyalah perbuatan yang sia-sia. Masa lalu tetaplah masa lalu, yang alurnya akan tetap sama tidak akan berubah bagaimanapun kita mencoba mengubahnya.   Aku dan kamu, masing-masing dari kita tentu memiliki aib tersendiri. Perbuatan masa lalu yang selama ini disimpan, ditutup rapat-rapat hingga tak seorang pun yang mampu mengendusnya. Ya~aib menjadi bagian menyeramkan dari diri yang paling tidak kita inginkan menjadi konsumsi publik. Rasanya malu, harga diri seakan sangat terhinakan, jika sampai ada satu or...

Sebaik Apapun Menurutmu, Belum Tentu Baik Menurut Allah

Duhai diriku, apa yang sedang menyita pikiranmu? Apakah hanya dengan satu atau dua kegagalan saja kamu harus membayarnya dengan suasana muram dan gusar sepanjang hari?  Bukankah kamu sering mendengar, betapa banyak kisah hidup orang lain diluar sana yang jauh lebih sulit dari apa yang pernah kamu jalani. Tak satupun manusia di dunia luput dari ujian kegagalan.  Andai saja, tidak pernah ada kegagalan. Andai saja, tidak perlu ada tangisan menyertai setiap pengorbanan. Atau andai saja, keinginanmu itu tidak membutuhkan satupun bentuk pengorbanan, lurus serta mulus. Apakah menurutmu semua akan berjalan baik dan kelak terasa memuaskan? Barangkali tidak. Sudah pasti level kebahagiaan itu akan meningkat seiring besarnya bentuk pengorbanan dan banyaknya rintangan yang akhirnya berhasil diselesaikan. Seringkali untuk menggapai apa yang kita impikan dalam hidup, harus diawali dengan perjuangan menerima dan menyelesaikan segala bentuk penderitaan. Penderitaan itu acapkali malah berbuah p...

See You On Top "Miq"

Why? Why? Why? Pertanyaan mengapa memenuhi ruang pikirku. Berkali-kali terlontar spontan dalam carut marutnya perasaan tidak menyangka. Rasanya begitu perih menerima kenyataan bahwa seseorang sudah tidak lagi ada di dunia ini, tidak akan pernah lagi kutemui bagaimanapun aku mencarinya di dunia.  Dalamnya rasa kehilangan membuat otakku masih belum mampu berpikir normal. Ini takdir, ini alur Allah batinku menarik nafas penuh penerimaan. Tapi, mengapa sekarang? Mengapa harus sekarang? Ini masih seperti mimpi menyedihkan yang aku ingin bergegas terbangun. *** Sejak 2008, sebelas tahun sudah aku menjalin persahabatan dengan seseorang yang sangat luar biasa. Dengannya, aku tidak pernah memiliki kesempatan berselisih paham dalam bagaimanapun kondisi. Satu-satunya sahabat yang aku berikan keistimewaan berupa pemakluman tanpa secuil rasa iri dengki.  Apapun yang ia berhasil menggenggamnya, tidak pernah ada keinginan untuk merebut pun mengancurkan kesenangannya terh...