Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Hikmah dan Motivasi

Yang Sabar, Tidak Akan Pernah Merugi

  Hidup ini adalah perjalanan menghadapi ujian tak berujung. Barangkali iya, aku bukanlah seseorang yang hebat dalam memecahkan masalah. Tidak mampu menemukan solusi dari persoalan yang dihadapi dalam waktu singkat. Sadarnya, aku seorang yang kerap tenggelam lebih dulu di lautan kekecewaan dan ketakutan. Sebelum pada akhirnya mencoba bangkit dan mulai menata apa yang semestinya dilakukan. Memang benar, hidup ini bukan soal siapa cepat atau lambat. Sebab kapasitas setiap orang berbeda. Perihal menghadapi ujian: boleh jadi ada yang bisa mengerahkan pikiran, perasaan dan energi dalam waktu bersamaan, tetapi tidak sedikit pula yang bahkan payah sekadar memusatkan pikiran. Membuat yang rumit menjadi lebih rumit.  Tidak salah, caranya saja yang berbeda. Maka dari itu, pada diriku aku berupaya tidak banyak menyalahkan.  "Kalo kita sabar, pasti ada aja jalan dikasih sama Allah"  Kalimat itu lagi-lagi membuatku menitikkan air mata. Iya, salah satu kalimat pamungkas yang tidak...

Allah Tidak Salah Memilih Pundak

"Tapi, dia kan Bapak aku teh, bagaimanapun dia tetap Bapak aku". Serunya sembari terisak. Tidak terasa pipiku ikutan basah saat air matanya pecah dihadapanku. Aku mengerti perasaan sahabatku ini, walaupun tidak sepenuhnya. Setidaknya, aku tahu rasa hancurnya hati seorang anak kala menerima cemoohan orang lain terkait orang tuanya. Ketika dengan seenak hati orang lain mengungkit-ungkit kesalahan dan kekurangan orang tua. Terlebih yang dimaksud dengan orang lain itu malah masih keluarga sendiri, masih sedarah, masih dekat hubungannya.  "Mereka selalu bilang teh, ini semua salah Bapak. Katanya, Bapak itu contoh laki-laki yang tidak bertanggungjawab. Laki-laki yang tidak punya daya upaya, tidak cocok dijadikan pemimpin rumah tangga. Semua menyalahkan Bapak. Bapak sudah nggak ada arti apapun, begitu rendah teh. . .". "Tapi, yang kenal Bapak itu kan aku, aku ini anaknya. Aku kenal Bapak lebih baik dari siapapun. Perceraian ini sudah takdir. Meskipun banyak kekurangan...

Kenapa Saya Gelisah Melihat Orang Lain Memiliki Apa Yang Tidak Saya Miliki?

My dear, hati-hati sama hati. Mengapa kita harus gelisah sama ketetapan yang dibuat sama Allah sendiri? Sebagai manusia biasa, kita mudah sekali merasa iri pada kebahagiaan orang lain yang nampak di depan mata. Mudah berprasangka bahwa; hidup kita tidak pernah sebanding dengan hidup orang lain. Kita pikir hanya hidup kita yang paling rumit, sedangkan orang lain selalu aman, tentram dan bahagia tersebab apa-apa yang dia miliki. Sering kita berkata; "Alangkah beruntungnya hidup mereka". Lalu, terus mengeluhkan semua yang kita alami. Seluruh persoalan hidup kita ungkit-ungkit pada Allah dengan penuh kesal. Selalu begitu, tidak sekali dua kali kita bertanya sambil marah kepada Allah. Bahkan saat berdoa sehabis shalat, kita menangis sembari berteriak di dalam hati; "Ya Allah . . . apa salahku? Mengapa hidupku tidak sebahagia si fulan ya Allah? Kapan semua masalah ini berakhir? Kapan aku berkesempatan memiliki apa yang aku inginkan seperti mereka-mereka?". Kenyataannya, k...

Yang Terjadi, Sudah Terjadi

Seandainya waktu dapat diulang. Rasanya ada banyak hal yang ingin sekali didatangi kembali, dibenahi atau tidak pernah dilakukan sama sekali. Seandainya bisa, pasti akan menjadi sangat melegakan. Hari ini, kita tidak perlu menanggung beban penyesalan atas segala kesalahan dari masa lalu. Namun sayangnya, mustahil. Kita tidak akan bisa memutar waktu ke belakang. Kita tidak akan pernah bisa merubah masa lalu. Berandai-andai kiranya setiap yang telah terjadi tidak pernah terjadi hanyalah perbuatan yang sia-sia. Masa lalu tetaplah masa lalu, yang alurnya akan tetap sama tidak akan berubah bagaimanapun kita mencoba mengubahnya.   Aku dan kamu, masing-masing dari kita tentu memiliki aib tersendiri. Perbuatan masa lalu yang selama ini disimpan, ditutup rapat-rapat hingga tak seorang pun yang mampu mengendusnya. Ya~aib menjadi bagian menyeramkan dari diri yang paling tidak kita inginkan menjadi konsumsi publik. Rasanya malu, harga diri seakan sangat terhinakan, jika sampai ada satu or...