Seandainya waktu dapat diulang. Rasanya ada banyak hal yang ingin sekali didatangi kembali, dibenahi atau tidak pernah dilakukan sama sekali. Seandainya bisa, pasti akan menjadi sangat melegakan. Hari ini, kita tidak perlu menanggung beban penyesalan atas segala kesalahan dari masa lalu.
Namun sayangnya, mustahil. Kita tidak akan bisa memutar waktu ke belakang. Kita tidak akan pernah bisa merubah masa lalu. Berandai-andai kiranya setiap yang telah terjadi tidak pernah terjadi hanyalah perbuatan yang sia-sia. Masa lalu tetaplah masa lalu, yang alurnya akan tetap sama tidak akan berubah bagaimanapun kita mencoba mengubahnya.
Aku dan kamu, masing-masing dari kita tentu memiliki aib tersendiri. Perbuatan masa lalu yang selama ini disimpan, ditutup rapat-rapat hingga tak seorang pun yang mampu mengendusnya. Ya~aib menjadi bagian menyeramkan dari diri yang paling tidak kita inginkan menjadi konsumsi publik. Rasanya malu, harga diri seakan sangat terhinakan, jika sampai ada satu orang saja yang mengetahui kebobrokan kita yang sebenarnya. Sebuah sisi yang disembunyikan dan sangat berharap Allah mengampuninya.
Tak ada gading yang tak retak. Tidak ada satupun manusia yang terlahir tanpa cela. Tidak ada manusia yang sempurna. Ya~kita manusia, hanya manusia biasa. Tidak ada seorangpun di dunia yang tidak pernah berbuat kesalahan dalam hidupnya bukan?
Selain pengampunan dari Allah, rasanya kita tidak lagi membutuhkan yang lebih dari itu. Cukuplah Allah memaafkan kesalahan dan menutup aib-aib itu baik dunia pun di akhirat kelak.
My dear, aku dan kamu. Kita semua memiliki masa lalu yang harus dilepaskan penuh keikhlasan. Istilahnya; berdamai dengan masa lalu. Seburuk apapun masa lalu itu, jangan biarkan diri tenggelam terlalu dalam. Sejahat apapun kita pernah berbuat maksiat, pun sudah terlanjur menumpuk segala aib, tapi jangan pernah berlepas dari memohon pengampunan Allah. Jadikan penyesalan sebagai cambuk untuk tidak berhenti memperbaiki diri. Selama masih diberi waktu, masih ada kesempatan memperoleh masa depan yang lebih baik.
Kita terlahir dan menjalani kehidupan di dunia ini untuk pertama kalinya. Biarlah yang terjadi sudah terjadi. Bukankah kita masih bisa mengambil hikmah? Semua menjadi tidak lagi wajar apabila kita jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Artinya, aib-aib masa lalu biarlah jadi alarm peringatan yang senantiasa mendorong kita bertaubat di hadapan Allah.
Barangkali memang, untuk memperbaiki diri harus berangkat dari memperbaiki hubungan dengan Allah terlebih dahulu. Biidznillah. Semoga Allah perbaiki hidup kita kedepannya.
Ya~tidak buruk meskipun agak terlambat, yang terburuk adalah ketika tidak pernah mau memulainya.
Firda Zulfannisa Ariga
Palembang, 18 Juni 2020
Sumber Gambar: Pinterest
Komentar
Posting Komentar