Rasanya, jika itu terjadi entah apa yang telah merasuki diriku sampai hati bertindak sedemikian gegabah.
Hanya saja, dunia ini berputar sesuai kehendak Allah. Tidak satupun kejadian hidup lepas dari perhitungan-Nya, maka benar sekali perihal masa depan adalah sulit untuk menjadi tebakan. Terkadang bahkan, sangat sulit dimengerti inikah yang dimaksud dengan ucapan adalah doa ataukah ini adalah wujud dari pengabulan Allah atas doa orang-orang yang tidak pernah diketahui. Yang jelas, sekarang ini semesta dengan campur tangan Allah telah berhasil membalik haluanku dan seketika menghentikan sederet perencanaan.
Aku saja yang selama ini merasa pandai soal bangkit dan pulih, tak terasa menghabiskan banyak malam terdiam sembari menatap langit-langit kamar. Hanyut dalam kenangan dan kehilangan. Berkali-kali menegur diri yang payah ini agar tidak terlalu menunjukkan kelemahannya. Memeluk diri sendiri walaupun sebenarnya tidak sekuat itu.
Kudengar, di luar sana bukan hanya aku yang mengalami. Kondisi ini terjadi juga pada banyak orang disekitarku. Ternyata, banyak yang lebih payah dari sekedar menghibur diri. Terkubur dalam prasangka ketidakadilan dan takut memulai kembali lalu begitu gampangnya mengakhiri hidup. Andai saja akupun mengikuti jejaknya, lalu apa yang bisa aku katakan dihadapan Allah saat hari pertanggungjawaban?
Agar tidak hanyut atapun tenggelam, untuk itu aku memilih rehat. Ada kebisingan yang mesti dihindari beberapa waktu sampai aku merasa cukup lapang untuk menerima. Ada rasa yang harus aku istirahatkan, dan ini adalah soal kebutuhan yang tidak bisa diabaikan.
Barangkali rehat adalah cara terbaik. Setelahnya semoga aku temukan diriku yang baru dengan rencana-rencana yang sudah selesai aku perbaiki.
Ujian kesabaran ini, semoga aku berhasil melaluinya.
Palembang, 21:41 WIB
Firda Zulfannisa Ariga
Sumber Gambar: Pinterest
Komentar
Posting Komentar