Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Bicara Pranikah

Kenapa Belum Menikah?

Beberapa waktu lalu, aku tergelitik miris oleh pertanyaan ibu-ibu di sebuah acara syukuran. Hmm, apalagi kalo bukan soal; kapan menikah atau kenapa belum menikah? Kayaknya, ini udah jadi pertanyaan wajib para ibu ketika bertemu perempuan lajang seusiaku deh. Huh, dasar ibu-ibu.  Lalu, entah kenapa aku terpikir untuk membahasnya di blog kali ini. Pengen aja gitu menulis kembali sesuatu yang berbau nikah-nikahan. Walaupun barangkali nanti isinya lebih menjurus kepada curahan hatiku saja. Iya... tak apalah, itung-itung meluapkan uneg-uneg. Syukur-syukur bikin hati jadi plong. Sebenarnya udah nggak kaget lagi sama mulut latahnya para ibu yang senang nanyain hal sensitif. Suka nggak pake mikir nanya-nanya tuh, main ceplos-ceplos tanpa melihat kondisi orang yang ditanya. Sebel juga sih kalo keseringan. Tapi mau apa dikata, ngadepin ibu-ibu gituloh. Jurus paling aman menghadapinya sementara ini; yaa... diam saja sembari senyum meringis.  Kalo mau jujur-jujuran, mana ada orang yang me...

Menikah Perlu Persiapan~2

Aku menyadari bahwa kehidupan pernikahan adalah sesuatu yang masih misterius. Aku tidak pernah benar-benar tahu apa saja kemungkinan yang terjadi didalamnya kelak, sampai aku berada tepat di posisi itu; ya, pascamenikah. Sebuah sekenario yang masih menjadi rahasia sang pemilik semesta. Sekenario yang setiap episodenya adalah asing namun menuntut dijalani penuh yakin.   Mendengar dan melihat pengalaman orang lain barangkali bisa membuatku mengambil banyak pelajaran. Tapi, itu saja rasa-rasanya belum cukup. Atau bahkan tidak bisa dijadikan pegangan. Sebab, sebaik apapun kita memahami konflik orang lain dan sesempurna mungkin membuat perencanaan sebagai ancang-acang atau bekal menyelesaikan konflik tersebut. Tetap saja, kegagalan berpeluang terjadi.  Adalah kesiapan secara finansial menjadi topik inti. Hal ini akan menjadi awal dari segala pembahasan dalam proses menuju pernikahan. Terkhusus untuk keluarga awam seperti keluargaku dan kebanyakan yang lain. Kalo katanya sih: j...

Jika Merokok Dan Berjudi: I am sorry to say, goodbye!

Kadangkali karakter itu terbentuk oleh kebiasaan. Ada saja orang-orang yang baik itu memang karena sejak lama dia terbiasa menjalani kehidupan di lingkungan yang baik. Terbiasa melakukan kebaikan tersebab biasa melihat dan mencontoh kebaikan-kebaikan di sekelilingnya.  Ada orang yang tidak merokok, sebab dalam kesehariannya memang tidak menemukan seorangpun yang merokok. Terutama dalam ruang lingkup keluarga inti. Ada yang tidak mengenal judi, sebab tidak ada alur yang membuatnya harus tahu tentang perbuatan itu. Begitu pula sebaliknya, ada yang sudah merokok sejak kecil dan ada pula yang mengenal judi dengan fasihnya sebab perbuatan ini sudah biasa tersaji di depan mata. Sudah menjadi sebuah kewajaran baginya. Perkara kebiasaan ini menjadi salah satu topik yang wajib untuk dipikirkan terkait memilih calon pasangan. Syukur-syukur kalo kebiasaan yang dibawanya adalah kebaikan-kebaikan. Seandainya bertolak belakang, bagaimana?  Bagiku, tidak merokok dan tidak pernah berjudi adal...

Menikah Perlu Persiapan~1

Selamat malam, Juni. . .  Izinkan aku menulis sebuah tema berat yang belakangan kerap mendesakku agar sesegera mungkin menghamburkannya di ruangan ini. Ya, blogku ini adalah ruangan dimana aku bebas mengekspresikan diriku. Tindakan menulis sejauh ini menjadi sarana paling nyaman untukku bercerita. Aku tahu suatu hari akan ada masa aku lupa pernah memikirkan ini, aku tidak ingat bahwa aku pernah ingin menulisnya. Itulah sebabnya menyimpannya disini akan sangat berguna teruntukku yang mau sekedar mengulas hari-hari di masa lalu.  Beberapa tahun yang lalu, saat masih jadi mahasiswi tingkat atas aku pernah berada di posisi menggebu perihal pasangan. Pernah menjadi tertarik sekali agar menikah muda seperti kebanyakan teman seusiaku pada saat itu. Memang, di semester-semester atas hal ini marak terjadi. Entah mengapa merasa siap jika sudah ada yang datang serius melamar. Tidak muluk, mau yang mapan atau yang paham betul agamanya, apalagi yang rupawan wajahnya. Saat itu, aku cuma but...