Langsung ke konten utama

Postingan

Jejak Luka #10 : Apakah aku seorang kakak yang baik?

Aku si anak pertama, cucu pertama, sekaligus keponakan paling tua. Aku terlahir untuk menyandang gelar Kakak. Iyaa, bahkan orang-orang pun menyematkan namaku dalam nama panggilan kedua orang tua. Setelah keberadaan ku di dunia, nama Bapak berubah menjadi Bapak Ulfa dan nama Mamak pun berubah menjadi Mamak Ulfa. Di tengah-tengah keluarga, seorang Ulfa dikenal sebagai anak pendiam dan dingin. Tidak punya banyak teman, kerjaannya diam di rumah, si paling "kerajinan", sangat sensitif, cuek dan suka marah-marah.  Kedua, ada adik perempuan ku. Si anak tengah. Anak paling terkenal sampe-sampe setiap orang selalu salah kalo manggil aku pasti nyebut nama dia; Awa. Maklumlah, dia ini si ceria kesana kemari. Temannya semasa sekolah Masya Allah bejibun, sampe teman aku pun jadi teman dia juga sangking mudah akrab sama orang lain.  Ketiga, ada si bungsu kesayangan. Anak laki-laki pertama dalam keluarga, hobi makan makanya punya badan paling gede dan sering dipanggil Abang Gendut. Nah dia ...

Jejak Luka #9 : Sebab - Akibat

Suka bingung sama perasaan sendiri. Ketika diperlakukan orang lain sekehendaknya, rasa ingin berteriak marah. Tetapi yang terjadi, hanya bisa menahan emosi itu dalam-dalam. Lalu, berakhir dengan tangis sebelum tidur. Pertanyaan kenapa orang lain bisa bertindak semena-mena dan mengesampingkan peduli pada perasaan ini begitu saja menguasai pikiran. Kadang pula, terbesit ingin supaya Allah balaskan rasa sakit yang sama pada mereka kemudian hari. Lalu, benar. Suatu hari seakan keinginan selintas itu benar-benar terwujud, aku menyaksikan sendiri kejadian menyakitkan menimpa mereka seperti sebuah balasan di waktu yang tidak disangka-sangka. Apakah melegakan? Tidak... Seperti menambah beban baru, terasa ada yg mengganjal di dalam hati. Berada pada posisi serba salah, apalagi bila dalam kondisi tersebut yang diunggulkan adalah diri sendiri. Entah mengapa pula aku malah ingin menolak keadaan yang terlanjur berbalik, tidak ingin melihat orang lain tersakiti walaupun semua yg terjadi adalah hasil...

Jejak Luka #8 : Bertubi-tubi

Ya Allah, ujian apa lagi ini? Entah ini ujian kah atau sebuah azab atas dosa-dosa yang pernah kami perbuat. Jika ia ujian, hamba tahu Engkau tidak akan menguji hamba-Mu diluar batas kemampuannya. Tetapi, jika sudah melebihi batas kemampuan ini, apakah sungguh semua yang terjadi ialah teguran yang nyata dari-Mu? Apa yang terjadi ini sudah terlampau berat ya Allah. Ampunilah kami, kasihanilah kami, berikanlah kami kesempatan memperbaiki diri, tunjukkanlah jalan-Mu yang lurus yaa Rabb. Alur takdir kembali membawaku pada kisah duka, Mamak tercinta telah berpulang ke pangkuan Allah tepat pukul 21.25 WIB pada 14 Juni 2023. Badai air mata kembali menghantam, tidak tanggung-tanggung. Kesedihan itu telah sampai pada puncaknya, sesak pun telah menemukan batas. Tidak lagi sanggup berkata-kata, hanya air mata saja barangkali sudah cukup menjelaskan bagaimana bentuk rasa yang tertinggal di dada. Tidak percaya, tidak akan percaya bahwa apa yang telah terjadi ini benar-benar nyata. Seperti mimpi, sep...

Jejak Luka #7 : Big pain with a big heart, that's my big brother

Dia bukan adik kecil lagi. Dia bukan anak bungsu nan manja lagi. Dia tidak lagi imut-imut menggemaskan. Dia tidak banyak minta ini-itu, bicaranya sudah lebih tertata, kritis dan terbuka. Dia mengambil alih beberapa urusan orang dewasa, mengambil kendali bagian yang dulu menjadi tugas Bapak semasa masih ada. Kadang kali dia menangis sesenggukan, menyatakan rasa rindu yang tak kunjung berujung lega. Kadang kali dia terlihat paling kuat di antara kami, tidak menyuguhkan ketenangan lewat kata tapi lewat perbuatan yang membuat orang dewasa seperti kami terkesima. Iya, dia adikku. Saudara kandung laki-laki satu-satunya. Kepedihan ditinggal Bapak adalah takdir paling sakit yang harus kami hadapi sekeluarga. Bagi Mamak, ia telah kehilangan pendamping hidup dan belahan jiwa. Sedangkan bagi kami bertiga, kami telah kehilangan cinta pertama dan tempat bergantung hidup. Aku yang sudah berada di usia dewasa ini saja tidak mampu menyikapi rasa kehilangan ini dengan cara dewasa. Maka bagaimana kirany...

Jejak Luka #6 : Sabtu dan Kalut Tak Berkesudahan

Melupakan, apakah melupakan sesuatu yang pernah terjadi itu mudah dilakukan? Tidak, sekalipun tidak. Apalagi bila itu terkait kenangan pahit. Bahkan di dalam alam bawah sadar pun kenangan itu selalu berputar. Suatu waktu yang harusnya tidak menarik diri ke belakang, tetapi kenangan selalu berhasil menghantam dan mendorong terlalu jauh pada masa-masa yang telah berlalu. Bukan sebab diingat-ingat, ia datang tanpa diminta, sadar tidak sadar. Hari ini adalah minggu terakhir di bulan Februari 2023, waktu yang berlalu dengan cepat ternyata tidak serta-merta memberi kesembuhan pada rasa sakit dan keresahan. Waktu tidak benar-benar bisa menyembuhkan segalanya bukan? Padahal nasehat yang paling sering didengar selama ini; biarlah waktu yang bisa mengobati.  Kemarin pagi, aku berangkat kerja dengan membawa mata bengkak. Hatiku yang lusuh di hari Sabtu yang selalu menyimpan kejutan menyedihkan. Hah, Sabtu yang menyedihkan? Bagaimana bisa? Dalam perjalanan menuju kantor, pikiranku kemana-mana,...

Jejak Luka #5 : Kupu-kupu Kenangan

" Fotokopai Ombai dija, kanahan ko yo kupu-kupu na ". Dari sekian banyak spot foto yang bagus, entah mengapa beliau justru meminta difoto di jembatan itu. Jembatan yang biasa saja, tidak ada menarik-menariknya. Namun beliau begitu antusias, bahkan take berkali-kali untuk dapat gambar yang sesuai dengan kehendaknya. Beliau bilang: unik, karena ada kupu-kupu.  Perjalanan ke salah satu destinasi wisata di Bandung ini adalah kali pertama kami bersama Ombai. Padahal sejak aku pindah tahun 2015 lalu, setiap tahun Ombai hilir mudik menjenguk kami disini. Tapi, karena satu dan yang lain disibukkan dengan upaya mengejar arus rezeki, alhasil ketika Ombai berkunjung selalu saja berakhir dengan berdiam diri di dalam rumah. Maklum saja, Ombai pun jarang sekali buka suara untuk minta dibawa jalan kemana-mana. Padahal kalo saja mau sedikit meninggalkan rasa iba, boleh jadi sudah rata Bandung ini beliau jelajahi. Atau sebenarnya, bukan Ombai yang mesti melulu lebih dulu minta di...

Jejak Luka #4 : Surat Kecil untuk Ulfa

Hi, bacalah surat kecil ini. Tulisan yang aku dedikasikan untukmu, Ulfa. Apa kabar hari ini? Apakah sekarang ini kamu merasa sungguh dalam keadaan baik-baik dan menganggap remeh segala yang tengah kamu jalani? Ah tidak. Tidak ada yang bisa kamu anggap remeh. Barangkali justru kamu terlalu mengambil penting semua dan tengah menyusuri jalanmu dengan penuh ketegaran.  Dunia ini tidak kekal dan bukan tempat berdiam diri, melainkan tempat belajar tanpa henti. Ketika Allah kasih cobaan, berarti kamu sedang ditempatkan dalam zona terbaik untuk mengambil banyak pembelajaran, semoga kelak membentukmu menjadi orang yang jauh lebih baik. Terima kasih karena sudah menjadi orang yang mau mengerti, mau menerima dan mau menjalani walaupun agak tertatih dan kesepian. Setiap permasalahan hidup bukan sebuah kemalangan, darinya kamu akan mendapat banyak kekuatan. Dari zona terpayah yang berhasil kamu lalui, membuatmu mampu naik ke level berikutnya. Maka, jika ada yang terasa berat sekarang ini, baran...