Langsung ke konten utama

Postingan

Random Thought~2

Untuk seukuran aku yang banyakan diemnya ini kadang justru masih merasa belum punya cukup waktu untuk bisa benar-benar sendirian. Padahal kalo dipikir-pikir kurang apa coba.  Di kosan aku ngga banyak ngobrol sama adikku, soalnya aku tipe yang ngobrol tuh mesti mood dulu, kalo ngga mood ya gimana cara adikku aja pokoknya biar aku buka suara. Ribet banget kan.  Di kantor pun ngga jauh beda. Ditengah kesibukan yang menyita fokus mata, otak dan jemariku yang lincah ini. Jangan pikir orang yang nyapa aku bisa cukup dengan sekali panggilan. Bukannya ngga denger, aku tuh cuma kayak udah terprogram gitu untuk tidak cepat merespon orang yang cuma manggil sekali. Apalagi yang ngga penting banget. Jadi, kayak udah tau mana yang manggil buat urusan penting dan mana yang manggil cuma buat sekadar nyapa. Otakku tuh semacam menyimpan data jenis-jenis orang mana aja yang sering serius nanya sama yang cuma basa-basi doang. Bahayanya, gara-gara kebiasaan ini orang kantor pada ngatain aku sombon...

Random Thought~1

Suatu hari temanku cerita; "Fir, aku nyobain jalan ke mall sendirian dong, ngga kuat ihh. . . Masa aku kek orang ling-lung, kek lupa tujuan mau ngapain. Kamu bisaan ihh. Sumpah, aku mah ngga bisa, baru juga sebentar langsung pulang da. Padahal, aku rencananya pengen muter-muter gitu ke toko buku, jajan Chatime, liat-liat baju, mampir ke Heartwarmer, keliling Lotte, makan ramen di Mujigae, ah banyak lah pokoknya. Naha kamu mah bisa sih?" " Nanaonan ai kamu?  Lain ngajak-ngajak, atuda leubar ku parkir na hungkul.  Ya aku mah bisalah, yang menurut aku asyik belum tentu asyik buat kamu keles. Jangan diikutin atulah, kan kita beda. Berarti kamu ngga nyaman kaya gitu atau karena ngga biasa". Jawabku. Sebenernya bukan cuma satu temenku yang pernah nyobain jalan-jalan ke luar rumah sendirian. Ada beberapa, dan kesemuanya temenku ini mengaku  gatot  alias gagal total. Mereka mengumpat, katanya: ngabisin waktu sendirian di tempat rame itu serasa kayak orang gila. Mereka bilan...

Padamu; Lelaki Yang Merasa Sudah Cukup Siap Membersamai

Aku tidak menunggumu. Sungguh. Kurasa sekarang aku tidak memiliki keinginan menunggu siapapun. Pun, aku memang tidak mencari dan sedang tidak ingin dicari. Jika ditengah huru-hara dunia ini kau merasa sulit menemukan persembunyianku, maka aku sangat senang. Sebab, berarti aku telah berhasil menutup diri sebaik yang kuingini.  Andai kelak, suatu hari nanti namaku telah sampai ke telingamu. Berita tentangku kemudian mendobrak rasa penasaranmu agar kiranya dapat mengenalku lebih dekat.  Padamu, aku sampaikan; jangan pernah terpikir untuk sekedar bermain-main.  Selesaikan dahulu segala pertimbangan, upayakan kau telah benar-benar mantap sebelum datang. Ketahuilah, aku bukan wanita yang mudah untuk sekedar menjadi tempat singgah. Kau tidak boleh sembarangan membulatkan tekad. Adalah aku perempuan yang masih belum dianggap dewasa oleh kedua orang tuaku. Memiliki hati yang lembut namun keras kepala. Aku mudah menangis namun sulit menenangkan diri. Hidup dengan mengusung banyak t...

Menikah Perlu Persiapan~1

Selamat malam, Juni. . .  Izinkan aku menulis sebuah tema berat yang belakangan kerap mendesakku agar sesegera mungkin menghamburkannya di ruangan ini. Ya, blogku ini adalah ruangan dimana aku bebas mengekspresikan diriku. Tindakan menulis sejauh ini menjadi sarana paling nyaman untukku bercerita. Aku tahu suatu hari akan ada masa aku lupa pernah memikirkan ini, aku tidak ingat bahwa aku pernah ingin menulisnya. Itulah sebabnya menyimpannya disini akan sangat berguna teruntukku yang mau sekedar mengulas hari-hari di masa lalu.  Beberapa tahun yang lalu, saat masih jadi mahasiswi tingkat atas aku pernah berada di posisi menggebu perihal pasangan. Pernah menjadi tertarik sekali agar menikah muda seperti kebanyakan teman seusiaku pada saat itu. Memang, di semester-semester atas hal ini marak terjadi. Entah mengapa merasa siap jika sudah ada yang datang serius melamar. Tidak muluk, mau yang mapan atau yang paham betul agamanya, apalagi yang rupawan wajahnya. Saat itu, aku cuma but...

Masih Sendiri

Masih sendiri, bukan karena aku masih menunggumu. Masih tidak ingin ada yang membersamai, bukan karena hatiku masih sulit mengganti posisimu. Bukan, sekali-kalipun sendiriku tidak berniat menujumu lagi. Kita sudah kalah pada permainan kemarin. Akui saja. Terima dengan lapang dada. Sebaliknya, kita juga sudah menang. Iya, kita menang melawan nafsu ingin bersama dalam ikatan tidak suci. Memang. . . Allah membuat kita terpukul hebat. Aku dan kamu mungkin pernah menangis. Menumpahkan air mata yang tidak sedikit. Secara diam-diam, disuatu malam. Sempat amat sulit menerima. Tapi tidak bisa menyesal karena telah dipisahkan dengan cara yang benar. Seringnya kebenaran memang sakit. Tapi tidak lebih sakit dari mempertahankan hubungan yang salah. Hubungan yang salah bahkan memiliki alur yang penuh oleh kisah tersakiti dan menyakiti. Itu jauh lebih rumit. Hari demi hari dihabiskan melukis luka di masing-masing hati. Lihatlah, wanita polos yang kau bangga-banggakan dulu. Dia yang rela disingkirkan,...

Cerita Patah~Part 1

  Aku pernah jatuh untuk pertama kalinya, sedalam perasaan yang tidak pernah kuduga. Kupikir; aku hanya menyukai seseorang diam-diam, dan itu tidak sulit. Alias mudah saja. Cukup menginginkannya di dalam hati, lalu menguburnya dalam-dalam. Tidak perlu ada yang tahu soal perasaanku, lantas aku akan tetap baik-baik saja menyembunyikannya sendirian.  Tidak bisa dipungkiri, aku benar-benar dibuat jatuh pada kali pertama bertemu. Kejadian itu sudah berlangsung beberapa tahun yang lalu. Walaupun sudah berlalu cukup lama, aku berniat mengenangnya untuk menjadi bahan refleksi diri.  Wanita pemalu sepertiku, memang cenderung menyukai tipe lelaki yang tidak mudah ditebak. Tidak banyak bicara, cuek namun penuh kejutan adalah sosok yang kukira pantas membersamai diriku. Lelaki agak perfectionist adalah paling ideal, terkhusus untukku wanita yang juga menyukai kesempurnaan. Bukankah pasangan akan sangat serasi jika memiliki banyak kesamaan? Kukira begitu. Berbeda dari kebanyakan,...

Aku Memilih Rehat

Awalnya ini terasa tak mungkin, kondisi seperti ini hanya pernah singgah dalam bayangan. Ya, hanya benar-benar singgah, bukan harapan yang aku semogakan dalam doa. Terlebih lagi, banyak hak yang mesti aku prioritaskan alih-alih berpikir hengkang dari dunia yang selama ini menghidupiku.  Rasanya, jika itu terjadi entah apa yang telah merasuki diriku sampai hati bertindak sedemikian gegabah. Hanya saja, dunia ini berputar sesuai kehendak Allah. Tidak satupun kejadian hidup lepas dari perhitungan-Nya, maka benar sekali perihal masa depan adalah sulit untuk menjadi tebakan. Terkadang bahkan, sangat sulit dimengerti inikah yang dimaksud dengan ucapan adalah doa ataukah ini adalah wujud dari pengabulan Allah atas doa orang-orang yang tidak pernah diketahui. Yang jelas, sekarang ini semesta dengan campur tangan Allah telah berhasil membalik haluanku dan seketika menghentikan sederet perencanaan. Aku saja yang selama ini merasa pandai soal bangkit dan pulih, tak terasa menghabiskan banyak ...