Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Jejak Luka #6 : Sabtu dan Kalut Tak Berkesudahan

Melupakan, apakah melupakan sesuatu yang pernah terjadi itu mudah dilakukan? Tidak, sekalipun tidak. Apalagi bila itu terkait kenangan pahit. Bahkan di dalam alam bawah sadar pun kenangan itu selalu berputar. Suatu waktu yang harusnya tidak menarik diri ke belakang, tetapi kenangan selalu berhasil menghantam dan mendorong terlalu jauh pada masa-masa yang telah berlalu. Bukan sebab diingat-ingat, ia datang tanpa diminta, sadar tidak sadar. Hari ini adalah minggu terakhir di bulan Februari 2023, waktu yang berlalu dengan cepat ternyata tidak serta-merta memberi kesembuhan pada rasa sakit dan keresahan. Waktu tidak benar-benar bisa menyembuhkan segalanya bukan? Padahal nasehat yang paling sering didengar selama ini; biarlah waktu yang bisa mengobati.  Kemarin pagi, aku berangkat kerja dengan membawa mata bengkak. Hatiku yang lusuh di hari Sabtu yang selalu menyimpan kejutan menyedihkan. Hah, Sabtu yang menyedihkan? Bagaimana bisa? Dalam perjalanan menuju kantor, pikiranku kemana-mana,...

Jejak Luka #5 : Kupu-kupu Kenangan

" Fotokopai Ombai dija, kanahan ko yo kupu-kupu na ". Dari sekian banyak spot foto yang bagus, entah mengapa beliau justru meminta difoto di jembatan itu. Jembatan yang biasa saja, tidak ada menarik-menariknya. Namun beliau begitu antusias, bahkan take berkali-kali untuk dapat gambar yang sesuai dengan kehendaknya. Beliau bilang: unik, karena ada kupu-kupu.  Perjalanan ke salah satu destinasi wisata di Bandung ini adalah kali pertama kami bersama Ombai. Padahal sejak aku pindah tahun 2015 lalu, setiap tahun Ombai hilir mudik menjenguk kami disini. Tapi, karena satu dan yang lain disibukkan dengan upaya mengejar arus rezeki, alhasil ketika Ombai berkunjung selalu saja berakhir dengan berdiam diri di dalam rumah. Maklum saja, Ombai pun jarang sekali buka suara untuk minta dibawa jalan kemana-mana. Padahal kalo saja mau sedikit meninggalkan rasa iba, boleh jadi sudah rata Bandung ini beliau jelajahi. Atau sebenarnya, bukan Ombai yang mesti melulu lebih dulu minta di...

Jejak Luka #4 : Surat Kecil untuk Ulfa

Hi, bacalah surat kecil ini. Tulisan yang aku dedikasikan untukmu, Ulfa. Apa kabar hari ini? Apakah sekarang ini kamu merasa sungguh dalam keadaan baik-baik dan menganggap remeh segala yang tengah kamu jalani? Ah tidak. Tidak ada yang bisa kamu anggap remeh. Barangkali justru kamu terlalu mengambil penting semua dan tengah menyusuri jalanmu dengan penuh ketegaran.  Dunia ini tidak kekal dan bukan tempat berdiam diri, melainkan tempat belajar tanpa henti. Ketika Allah kasih cobaan, berarti kamu sedang ditempatkan dalam zona terbaik untuk mengambil banyak pembelajaran, semoga kelak membentukmu menjadi orang yang jauh lebih baik. Terima kasih karena sudah menjadi orang yang mau mengerti, mau menerima dan mau menjalani walaupun agak tertatih dan kesepian. Setiap permasalahan hidup bukan sebuah kemalangan, darinya kamu akan mendapat banyak kekuatan. Dari zona terpayah yang berhasil kamu lalui, membuatmu mampu naik ke level berikutnya. Maka, jika ada yang terasa berat sekarang ini, baran...

Jejak Luka #3 : Aku disaat lemah adalah bagian dari diriku juga

Akan selalu datang moment-moment tidak menyenangkan yang mendadak dan membuat kewalahan. Padahal sudah berusaha menghindar, tetapi ya bagaimana, tidak ada yang bisa menyangkal apa-apa yang sudah ditetapkan terjadi. Belakangan, aku melangkah tertatih. Perjalanan luka yang kupikir segera berakhir rupanya belum. Aku berdebat dengan diriku sendiri, menyesali segala hal dalam hidup ini. Dalam tangis yang amat panjang. Ingatanku berjalan mundur pada masa remaja yang perih, pada perkataan orang lain yang menyakiti, pada tindakan kasar dan perlakuan buruk orang lain padaku. Semua terbayang seakan baru saja kejadian. Tidak hanya kembali ke masa lalu, tiba-tiba kepala terasa penuh dengan banyak tanya. Mengapa aku selalu menerima luka? Padaku, dengan mudah sesiapa bertindak buruk padahal aku sudah cukup berusaha bahkan mengorbankan beberapa hal. Mengapa kepada aku orang lain bisa bertindak demikian semena-mena? Tak bolehkah hidupku tenang. Mengapa  untukku butuh perjuangan luar bias...

Jejak Luka #2 : Ketika Bapak Berpulang

Baru saja aku sampai di kamar kosan, selepas bergulat dengan setumpuk pekerjaan. Tiba-tiba dering telepon berbunyi, sore itu aku menerima panggilan dari si bungsu.  "Kak, sudah pulang?" "Sudah". Jawabku. "Kak, telpon kuti pay Bapak. Kok pira hari sija Bapak mak sihat, kacah sesak nafas na." (Kak, telepon kalian dulu Bapak. Sudah beberapa hari ini ga sehat, selalu sesak nafas) Degg... Mendadak gelisah dan jantung berdegup kencang. Ku tutup telepon sembari bergegas beres-beres. Seusai shalat maghrib tanpa ditunda lagi segera ku telepon Bapak. Panggilan pertama tidak tersambung karena ternyata aku kehabisan pulsa. Tidak lama kemudian dering telepon berbunyi, dengan secepat itu Bapak menelepon balik.  "Ngapo Kak? Dak ado pulsa yo? Neehh.. Hahaha...". Terdengar renyah suara tawanya. Jujur saja, mendengar suara itu hatiku sedikit tenang. Sejenak aku berpikir bahwa beliau dalam kondisi baik-baik. "Bapak sehat?" "Sehat". Jawabnya. Aku...

Jejak Luka #1 : Luka Masa Lalu

Rasanya baru saja kemarin kembang api betebaran di langit Bandung, riuh ramai menyambut pergantian tahun. Tiba-tiba sekarang sudah menginjak bulan kedua, bahkan sudah beberapa hari berlalu. Aku masih disini. Jika di siang hari merasa hari-hari berputar terlalu cepat, namun di malam hari aku menangis selepas mematikan lampu kamar mengeluhkan diri yang begitu lamban berjalan. Luka di hati dan seluruh kenangan pedih belum pula berhasil hilang. Tetapi waktu tidak mau menunggu, bianglala hidup mengantarku pada luka-luka yang lain. Kebanggaan pada diriku sendiri yang dahulu mampu melalui jalan terjal dengan hebatnya, bisa membuat aku bertahan dalam suatu waktu. Tetapi dilain waktu mengasihani diriku sendiri yang telah melewati banyak penderitaan sering menarik diriku pada depresi dan kehilangan kendali.  Sejak kecil aku tumbuh menjadi sosok dewasa sebelum waktunya, dipaksa oleh keadaan memahami banyak kondisi yang umumnya sulit dicerna oleh anak kecil di usiaku pada saat itu.  Tidak...