Langsung ke konten utama

Yang Sabar, Tidak Akan Pernah Merugi

 

Firda Zulfannisa Ariga


Hidup ini adalah perjalanan menghadapi ujian tak berujung.

Barangkali iya, aku bukanlah seseorang yang hebat dalam memecahkan masalah. Tidak mampu menemukan solusi dari persoalan yang dihadapi dalam waktu singkat. Sadarnya, aku seorang yang kerap tenggelam lebih dulu di lautan kekecewaan dan ketakutan. Sebelum pada akhirnya mencoba bangkit dan mulai menata apa yang semestinya dilakukan.

Memang benar, hidup ini bukan soal siapa cepat atau lambat. Sebab kapasitas setiap orang berbeda. Perihal menghadapi ujian: boleh jadi ada yang bisa mengerahkan pikiran, perasaan dan energi dalam waktu bersamaan, tetapi tidak sedikit pula yang bahkan payah sekadar memusatkan pikiran. Membuat yang rumit menjadi lebih rumit. 

Tidak salah, caranya saja yang berbeda. Maka dari itu, pada diriku aku berupaya tidak banyak menyalahkan. 

"Kalo kita sabar, pasti ada aja jalan dikasih sama Allah" 

Kalimat itu lagi-lagi membuatku menitikkan air mata. Iya, salah satu kalimat pamungkas yang tidak pernah alfa Bapak sampaikan padaku. Hmm, luar biasa banget kalimat yang keluar dari mulut Bapak. Selalu jadi energi positif untuk aku.

Disaat sedang ada masalah, kala rasanya semakin rumit dijalani. Kalimat ini berhasil bikin air mata jatuh sembari bergumam sendiri di dalam hati: "iyaa betul, aku harus banyak bersabar lagi, pasti ada jalan keluar".

Pun, ketika masalah itu telah berhasil dilewati, dimana dengan tiba-tiba Allah malah kasih jalan keluar plus bonus kabar bahagia lainnya. "Allhamdulillah, kalo kita sabar pasti ada aja jalannya". Dan lagi, kalimat ini tetap sama ngena-nya di hati. Juga akan berhasil bikin mata basah sembari bergumam dalam hati: "iyaa betul, jalan keluar ini adalah buah dari kesabaran".

Bersabar, memang selalu butuh energi dan kekuatan tidak biasa. Untuk tetap berada pada jalur sabar, maka aku tentu harus rela menerima diri yang sering menumpahkan banyak air mata, bahkan kalau akhirnya fisik ikutan terdampak pula: jadi sakit, stress dan kondisi lain yang menyebabkan fisik melemah. Upaya untuk terus bersabar, akan dibubuhi pula dengan berbagai ujian lainnya.

Tapi, taukah apa yang membahagiakan?

...sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar (Al-Baqarah:153)

Bahkan, Allah pun telah berjanji membersamai ketika dalam sabar. Aku tidak akan pernah rugi atas apapun yang Allah limpahkan, termasuk ujian baik ringan atau berat sekalipun. Sebab, dengan cara-Nya Allah membuat diri menjadi kuat. Berkat ujian-ujian itu aku selalu punya cara untuk bertahan hidup. Maka, dengan bersabar aku sungguh tidak merugi, sekali-kali pun tidak. Hikmah, pembelajaran dan keberkahan lain yang Allah datangkan setelahnya sungguh tidak akan sebanding dengan berbagai ujian yang pernah datang.

@zulfannisafirdaus

Bandung, 28/03/2021

#curitauul #hikmah #motivasi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jejak Luka #16: Ujian Pengantin Baru

Alhamdulillah satu tahun sudah menjalani biduk rumah tangga. Itu berarti sudah satu tahun pula diri ini belajar menyesuaikan diri dengan perubahan peran baru, peran sebagai seorang istri. Qodarullah sampai dengan sekarang kami masih berdua, sama Allah diizinkan menikmati waktu pacaran agak panjang setelah menikah. Hehe tak apalah menghujani diri dengan narasi positif, iya kan? Walaupun sejujurnya kehidupan pernikahan kami yang sudah melewati setahun ini dipenuhi dengan gonjang-ganjing pertanyaan "kapan punya anak?". Sesuai dengan tema yang mau aku bahas, kali ini aku pingin berbagi kisah tentang beberapa pengalaman dalam pernikahan kami. Mungkin sebuah cuplikan moment lika-liku ujian awal pernikahan. Sebuah tulisan untuk kenangan dan pembelajaran sebagai bahan untuk menoleh kebelakang dan menarik diri berada pada masa itu. Campang Tiga, 28 April 2023 Sekitar pukul setengah dua siang, rombongan pihak mempelai laki-laki tiba di kediaman kami. Hari itu adalah hari yang ditunggu-...

Jejak Luka #17: Tuntutan Hamil di Usia Satu Tahun Pernikahan

  Terimakasih sudah berjuang... Iya, terimakasih kusampaikan pada diriku yang telah banyak melewati asam dan pahit kehidupan dewasa ini. Melewati satu demi satu hari tersulit sepanjang hidup, menemui beragam peristiwa terpedih dan menjadi penyabar yang berakhir mampu memaklumi segala. Tentu, tidak menyangka aku bisa bertahan, andai saja meniti lagi sedetail mungkin apa-apa yang terjadi belakangan. Boleh jadi, semestinya aku sudah gila. Namun ternyata aku masih mampu berada di titik baik-baik saja begini, sungguh ajaib bukan? Usia pernikahanku baru saja menginjak setahun dua bulan. Masih terlalu belia untuk mendapati banyaknya suara bising mempertanyakan kemampuanku untuk beroleh keturunan. Entah dari mereka yang asing pun dari yang paling dekat. Tidakkah ini terbilang berlebihan? Sering aku bertanya dalam keheningan diri, mengapa demikian tega menyentilku dengan dalih sebagai bentuk perhatian. Apalagi yang terlampau berisik itu justru sesama perempuan, bahkan seorang dengan berlabe...

Jejak Luka #15: Trauma Kehilangan

  Melewati satu tahun kehilangan dengan berbagai prahara dunia yang terlampau kejam. Kalau dibilang tidak terasa, sejujurnya salah. Sebab setahun ini terlalu banyak yang terjadi, tidak terhitung energi yang habis demi mempertahankan kewarasan diri. Hanya saja jika bicara soal waktu diri ini selalu dibuat terkaget-kaget; bagaimana mungkin secepat ini berlalu? Tahun lalu, tidak pernah membayangkan akan menghadapi takdir semenyedihkan ini. Meninggalkan kontrakan dengan perasaan gelisah tak karuan, setelah menerima kabar kondisi Mamak yang tiba-tiba drop. Dalam perjalanan bahkan harap-harap cemas mendapati kembali berita Mamak telah dibawa ke Puskesmas. Hendak berpikir positif namun hati tak bisa diajak tenang. Masih terang dalam ingatan, malam-malam sebelum kejadian. Entah angin apa yang membawa perasaan ini menjadi kacau. Drama menangis di pelukan suami, menyatakan tentang rindu akan hadir Bapak juga keinginan untuk pulang ke rumah menemui Mamak segera. Bahkan, sempat aku bertanya pe...