Melewati satu tahun kehilangan dengan berbagai prahara dunia yang terlampau kejam. Kalau dibilang tidak terasa, sejujurnya salah. Sebab setahun ini terlalu banyak yang terjadi, tidak terhitung energi yang habis demi mempertahankan kewarasan diri. Hanya saja jika bicara soal waktu diri ini selalu dibuat terkaget-kaget; bagaimana mungkin secepat ini berlalu?
Tahun lalu, tidak pernah membayangkan akan menghadapi takdir semenyedihkan ini. Meninggalkan kontrakan dengan perasaan gelisah tak karuan, setelah menerima kabar kondisi Mamak yang tiba-tiba drop. Dalam perjalanan bahkan harap-harap cemas mendapati kembali berita Mamak telah dibawa ke Puskesmas. Hendak berpikir positif namun hati tak bisa diajak tenang.
Masih terang dalam ingatan, malam-malam sebelum kejadian. Entah angin apa yang membawa perasaan ini menjadi kacau. Drama menangis di pelukan suami, menyatakan tentang rindu akan hadir Bapak juga keinginan untuk pulang ke rumah menemui Mamak segera. Bahkan, sempat aku bertanya perihal mimpi gigi copot empat buah yang masih menyisakan gundah. Apakah kami harus menerima kehilangan lagi?
Tidak menyangka, Bapak dan Mamak berpulang selang hitungan bulan saja. Nampak beruntun badai kehilangan menerpa kehidupan ini. Kehilangan berat yang harus diterima dalam waktu yang terlalu berdekatan. Bagaimana hati dan kepala ini tidak sesak dan ingin meledak?
Padahal hari-hari setelah Bapak pergi aku sudah tidak baik-baik saja. Hilang kendali diri, hancur dan depresi. Tadinya kupikir aku masih punya Mamak sebagai satu-satunya tempat bersandar diri. Namun sayangnya Mamak pun ikut pergi menyusul Bapak. Bagaikan melayang kehilangan pijakan, kebingungan mencari pegangan. Entah berapa banyak tangisan histeris, tak sekali bahkan sampai memukul diri sendiri, teriak meluapkan kesakitan yang tak terbaca mata orang sekitar.
Ternyata, cukup lama aku kehilangan diriku, dihinggapi perasaan berkecamuk yang tidak mampu terjabarkan. Terkadang, merasa ingin menyalahkan orang lain, namun seringnya berakhir dengan menyalahkan diri sendiri atas segala kekurangan ini. Penyesalan yang menjadi-jadi; Mengapa belum mampu membahagiakan keduanya? Menjelma seperti orang tidak waras, atau sebenarnya memang diriku sudah kehilangan waras?
#pojokjeda #jejakluka @zulfannisafirdaus
Picture from Pinterest
Komentar
Posting Komentar