![]() |
Alhamdulillah satu tahun sudah menjalani biduk rumah tangga. Itu berarti sudah satu tahun pula diri ini belajar menyesuaikan diri dengan perubahan peran baru, peran sebagai seorang istri. Qodarullah sampai dengan sekarang kami masih berdua, sama Allah diizinkan menikmati waktu pacaran agak panjang setelah menikah. Hehe tak apalah menghujani diri dengan narasi positif, iya kan? Walaupun sejujurnya kehidupan pernikahan kami yang sudah melewati setahun ini dipenuhi dengan gonjang-ganjing pertanyaan "kapan punya anak?".
Sesuai dengan tema yang mau aku bahas, kali ini aku pingin berbagi kisah tentang beberapa pengalaman dalam pernikahan kami. Mungkin sebuah cuplikan moment lika-liku ujian awal pernikahan. Sebuah tulisan untuk kenangan dan pembelajaran sebagai bahan untuk menoleh kebelakang dan menarik diri berada pada masa itu.
Campang Tiga, 28 April 2023
Sekitar pukul setengah dua siang, rombongan pihak mempelai laki-laki tiba di kediaman kami. Hari itu adalah hari yang ditunggu-tunggu, dua keluarga besar dipertemukan dalam sebuah acara pernikahan. Iya, aku menikah... dengan seorang laki-laki biasa yang perjuangannya tidak biasa. Adik bungsu menjadi wali nikah menggantikan ketidakhadiran Bapak dalam moment bahagia putri sulungnya, didampingi dan disaksikan barisan Mama (sebutan Paman dalam Komering). Acara berjalan lancar dan penuh haru, masih ingat wajah-wajah yang menitikkan air mata sembari mencium dan memelukku. Diantaranya, Mama Alex yang terlihat sangar dari luar tetapi memiliki hati begitu lembut, untuk pertama kali aku melihatnya menangis sembari bergetar nada suara menyampaikan nasihat pernikahan. Bagaimana tidak haru, pernikahanku hanya berselang beberapa bulan sejak Bapak berpulang ke Rahmatullah.
Setelah acara selesai, aku diboyong ke rumah suami. Menjadi bagian dari keluarga baru, kikuk dihadapan mertua dan saudara ipar (hehe maklum hari pertama). Raga di samping suami tetapi hati dan pikiran masih di rumah. Kepikiran keluarga di rumah, khawatir dengan kondisi Mamak yang menjadi otak dari segala urusan. Ketika aku harus beradaptasi di lingkungan baru dan meninggalkan hiruk-pikuk rumah yang tadinya begitu mengandalkan kehadiran diriku. Ah akhirnya kurasakan sebuah dilema perempuan baru menikah. Aku tidak menginap malam itu, melainkan dipulangkan dengan diantar segenap keluarga suami. Sebab keesokan hari akan diadakan resepsi di kediaman kami.
Campang Tiga, 29 April 2023
Sejak jam 2 dini hari, MUA sudah datang untuk merias. Tubuh yang masih lelah karena semalaman berlatih dua tarian, yaitu tari milur dan tari pagar pengantin. Alhasil, terkantuk-kantuk lah saat sesi make up. Untungnya, ayuk yang merias sangat baik hati pun berkat skill dan ketelatenan sehingga hasilnya benar-benar memuaskan. Muka bantal dan mata sayu itu tidak terlihat sama sekali.
Adik Perempuan Bapak yang jauh-jauh menyempatkan diri hadir di pernikahanku, tiba-tiba mengabarkan akan pulang sebab ada urusan penting yang tidak bisa ditinggal. Padahal baru 2 hari sampai sudah harus pulang, manalagi perjalanan cukup panjang dan melelahkan. Kabarnya, suami dari bibiku ini sampai harus dirawat di rumah sakit karena kelelahan di perjalanan sesampainya di Takengon. Ya Allah sehatkan dan limpahkan kebaikan yang lebih kepada mereka.
Setelah acara resepsi di rumah selesai, aku kembali dijemput untuk pulang ke rumah suami dan bersiap dengan acara lanjutan disana.
Gunung Jati, 30 April 2023
Kembali bangun dini hari untuk dirias, tubuh sudah terlalu lemas dan asam lambung tiba-tiba naik bikin tragedi mual dan muntah segala. Gara-gara ini aku sempat dicurigai tengah berbadan dua (haha kocak). Meskipun melalui drama ga enak badan, acara terakhir tetap berjalan dengan lancar.
Si pengantin pria ternyata lebih meleyot hatinya, saat sesi foto bersama teman-teman beliau berkali-kali mengusap air mata. Entah kisah perjalanan mereka mana yang terkenang di kepalanya, pastilah begitu indah sehingga mampu mencipta haru. Demikian rasanya melepas lajang disaksikan teman-teman seperjuangan.
Palembang, 01 Mei 2023
Drama lemas masih berlanjut, diikuti dengan demam tinggi dan vertigo aduhai melanda diri. Tetapi karena hari itu ialah hari terakhir keluarga dari Takengon berada di Palembang. Itu berarti menjadi kesempatan terakhir mengantar mereka jalan-jalan mengelilingi beberapa icon kota. Mulai dari mengunjungi wisata Al-quran besar yang berlokasi di Gandus, berburu pempek si kuliner khas bumi Sriwijaya di kampung pempek 26 Ilir, juga berfoto ria di Benteng Kuto Besak berlatarkan jembatan Ampera.
Waktu yang singkat karena mengejar keberangkatan jadinya jalan-jalan bersama keluarga dari Takengon ini benar-benar seperti kejar target. Padahal masih banyak tempat wisata dan kuliner yang belum sempat dicicipi. Ahh kebersamaan ini entah kapan lagi dapat terulang.
Campang Tiga, 03 Mei 2023
Sebagai pasangan muda yang memutuskan hendak belajar berumah tangga mandiri. Hari itu kami mulai melakukan aktifitas beberes barang-barang, sembari unboxing kado pernikahan, juga menyortir barang mana saja yang hendak kami bawa nantinya untuk mengisi kontrakan mungil kami di Palembang.
05 Mei 2023
Berangkat ke Palembang dari rumah Campang Tiga setelah sebelumnya berpamitan dengan keluarga besar di Gunung Jati berikut drama menangisnya jangan lupa diabadikan. Setiba di kontrakan inilah untuk pertama kalinya kami memulai hidup berdua bersama. Sekaligus bersiap karena keesokan hari suami sudah harus kembali masuk kerja. Menyusun jadwal harian istri, mulai dari pagi sampai dengan malam hari. Full planning menjadi istri yang berusaha menyenangkan suami, berharap menjadi tempat pulang paling nyaman. Mahabaik Allah, aku dijodohkan dengan laki-laki yang merupakan cerminan diri. Tidak ada dalam kamusnya pekerjaan rumah adalah urusan wanita saja. Seringnya urusan menyuci, menyapu, memasak dan ke pasar diambil alih olehnya tanpa diminta. How lucky i'm to have you, suamiku. Walaupun malah rebut-rebutan juga jadinya, gara-gara kepingin dapat pahala menyenangkan pasangan haha..
13 Mei 2023
Adik bungsu berkunjung ke Palembang, sebab akan mengikuti tes masuk Perguruan Tinggi Negeri. Usia si bungsu sudah dewasa sih, tapi dia suka lupa nih kalo kakak sulungnya telah bersuami, masih suka nyempil goleran disamping aku, urusan makan pun masih harus bikin kakaknya rempong. Sifat manja ke kakak-kakaknya ini nampaknya tak akan bisa dihilangkan.
17 Mei 2023
Dua hari setelah adik bungsu pulang usai mengikuti tes. Sebuah kabar datang mengejutkan, Mamak sakit dan akan dibawa ke Puskesmas Cempaka hari itu juga. Tanpa ragu, aku langsung minta izin suami untuk pulang menemui Mamak. Tubuh gemetar dan perasaan campur aduk, khawatir juga ketakutan. Sepanjang perjalanan terus melayangkan doa semoga Mamak baik-baik saja, merayu Allah supaya diberi kesempatan untuk sehat dan panjang umur.
Sesampainya di desa Cempaka minta diturunkan di depan Puskesmas. Berlarian menuju ke ruang rawat inap, namun tidak menemukan Mamak disana. Hanya ada satu pasien laki-laki bersama keluarga yang turut merawat. Dada semakin sesak, "dimana Mamak ya Allah...", tanyaku kebingungan.
Keluar dari ruang rawat inap, dari kejauhan nampak seorang perempuan sedang mendorong kursi roda dari depan Instalasi Gawat Darurat menuju ke arah ku. Ternyata, yang tengah duduk di kursi roda tersebut adalah Mamak. Aku pun bergegas menghampiri, segerombolan pertanyaan sedang menanti bibir untuk terlontar. Kulihat Mamak tersenyum, wajahnya segar dan nampak bersemangat. "Ga apa-apa Kak, cuma efek dari gula darah Mamak tinggi...", ujarnya santai mendahuluiku bicara. Sejenak tenang dan kembali berpikir jernih.
Tak lama, beberapa teman dan saudara menjenguk, setiap ada yang datang Mamak menyantap kue atau makanan yang dibawakan dengan lahap, begitu antusias dengan segala cerita, ke toilet pun tidak mau ditemani. Beliau minta untuk tidak diperlakukan seperti orang yang sedang sakit parah.
20 Mei 2023
Pihak Puskesmas memperbolehkan Mamak rawat jalan. Entah karena efek lepas impus atau bagaimana, sepulangnya di rumah kondisi Mamak lemas. Kami memanggil tenaga kesehatan untuk menangani, tetapi beberapa waktu berlalu tidak ada perubahan yang signifikan.
22 Mei 2023
Melihat tanda-tanda demam Mamak yang tak kunjung turun dan keluhan sakit kaki sebelah kanan, aku berinisiatif memboyong Mamak ke Rumah Sakit Umum Daerah. Sebelumnya aku menelpon Mama Alex, adik Mamak nomor tiga untuk dimintai pendapat. Berbekal izin darinya tanpa jeda, aku buru-buru meyiapkan beberapa hal. Mengurus surat rujukan dari Puskesmas berikut mengumpulkan surat-surat penting lainnya. Menyiapkan segala perlengkapan, mulai dari pakaian, tikar, perlengkapan mandi, perlengkapan makan dan obat-obatan. Sembari menunggu adik bungsu yang tengah mencari mobil yang akan kami sewa untuk mengantar ke Belitang. Sesampainya di Rumah Sakit, tanpa menunggu lama Mamak mendapatkan penanganan yang baik. Bahkan hari itu juga sudah mendapat jadwal operasi ringan untuk kaki Mamak yang sakit. Hari yang padat namun Alhamdulillah diberi kemudahan serta kelancaran sama Allah.
23 Mei 2023
Dokter menyatakan ada penumpukan cairan/gula di kaki sebelah kanan sehingga perlu dijadwal operasi pembersihan kaki Mamak jam 17.00 WIB. Perawat sudah membawa Mamak dari ruang rawat inap ke ruang operasi, namun karena ada operasi dadakan untuk penderita tumor payudara membuat kami menunggu giliran sampai dengan pukul 19.00 WIB. Lagi-lagi Alhamdulillah Alaa Kulli Hal, operasi Mamak terbilang lancar dan tidak begitu lama. Hanya perlu pemulihan pasca operasi.
29 Mei 2023
Mamak diperbolehkan pulang dan harus datang kembali untuk kontrol tanggal 05 di bulan Juni. Disarankan Mamak mendapat penanganan yang terbaik untuk luka pasca operasi di rumah. Karena aku yang bersedia merawat sepenuhnya, maka aku diberi bekal latihan alias tutorial perawatan luka terlebih dahulu.
1 Juni 2023
Kembali, kondisi mamak lemas dan kali ini mengeluhkan sakit di bagian bawah perut sehingga kesulitan melakukan aktifitas buang air kecil. Karena kali ini aku ditemani suami, kami berinisiatif segera membawa Mamak kembali ke Rumah Sakit yang lebih besar di Palembang.
Dokter mendiagnosis Mamak mengalami hypovolemic shock, kondisi dimana tubuh Mamak sangat lemah akibat kehilangan banyak darah dan cairan. Hal ini bisa terjadi karena pendarahan aktif yang terjadi pada robekan luka bekas operasi kaki. Hb normal wanita dewasa adalah 12-15 gram/dL, sedangkan pada saat berada di Intalasi Gawat Darurat tersebut Hb Mamak berada di angka 7 gram/dL. Sehingga dokter menyarankan agar segera melakukan donor darah, sementara membutuhkan 3 kantong darah.
Aku, suami dan Mama Gani (adik bungsu Mamak) dan adik bungsu kami, ikut melakukan pengecekan darah di PMI. Namun dari keempatnya, hanya satu orang saja yang dapat menjadi pendonor. Suami dan adik bungsu memiliki golongan darah yang berbeda, sedangkan aku dalam kondisi tekanan darah rendah sehingga tidak diperbolehkan mendonor. Alhasil, kami harus mencari 2 pendonor lagi.
Suami menghubungi beberapa teman kerja, Mama Gani berusaha menghubungi keluarga, dan adik-adik mengabari teman-temannya. Sedangkan aku, terus berdoa dan berjaga disamping Mamak. Alhamdulillah ada teman suami dan saudara kami yang bersedia dan cocok menjadi pendonor. Semoga Allah merahmati keduanya, dibalaskan dengan kebaikan yang berlipat-lipat.
4 Juni 2023
Proses memasukkan darah ke tubuh Mamak melalui drama yang cukup panjang. Beberapa hari belakangan selalu demam tinggi. Sedangkan untuk menghindari efek samping yang buruk, kondisi suhu pasien harus normal terlebih dahulu. Akibatnya, baru masuk 1 kantong darah saja masih ada 2 kantong darah yang mengantri. Entah karena SOP pengambilan darah yang ribet, kadangkali ketika suhu tubuh normal malah diuji dengan kantong darah yang belum sampai. Karena tidak tega melihat kondisi Mamak yang terlampau tidak berdaya, tubuh yang sedang menahan lelah dan mungkin juga stress beberapa kali aku berdebat dengan tenaga kesehatan disana perihal lambannya penanganan donor darah ini.
8 Juni 2023
Pendarahan aktif masih berlangsung, Hb yang sudah sempat naik kembali turun di angka 8 gram/dL. Kami diminta kembali menyiapkan 2 kantong darah. Berikut disampaikan, Mamak akan menjalani operasi pembersihan di area luka pasca operasi tersebut pada tanggal 10 mendatang. Juga diminta menambah 3 kantong darah untuk berjaga-jaga. Total pendonor yang kami butuhkan saat itu adalah 5 orang.
10 Juni 2023
Sejak pagi hari Mamak mengalami sesak napas. Aku menyampaikan hal ini ke dokter pada saat sesi pemeriksaan, katanya harus dilakukan rekam jantung dan scan paru-paru untuk mengetahui penyebabnya. Akibat kondisi ini, operasi pembersihan luka kaki diundur sampai dengan waktu yang belum ditentukan. Lalu, dipasang alat bantu pernapasan di hidung Mamak.
Siang hari kami melakukan rekam jantung, hasilnya tidak ada masalah dengan jantung Mamak. Kemudian sore hari kami melakukan scan paru-paru, namun hasilnya belum kami terima saat itu. Aku seorang diri mendampingi Mamak dalam kedua proses itu, melihat langsung semua terpampang di depan mata membuat hatiku hancur lebur. Tak kuat hati melihat Mamak yang kucintai menjalani proses pemeriksaan yang begitu padat dan melelahkan.
11 Juni 2023
Belum ada kabar terkait pemeriksaan terakhir, aku pun yang dihinggapi gundah gulana enggan melontarkan tanya. Menunggu dokter sendiri yang menguraikan hasilnya.
Tiba-tiba perawat meminta kami bersiap untuk membawa Mamak ke ruang radiologi untuk kembali dilakukan CT scan. Kali ini yang di scan bukan hanya paru-paru, namun seluruh tubuh dari ujung kaki sampai ujung kepala.
12 Juni 2023
Dokter menyampaikan hasil dari scan paru-paru. Ditemukan cairan yang memenuhi kedua paru-paru. Dan, scan seluruh tubuh dilakukan untuk memvalidasi hal tersebut sekaligus memeriksa keseluruhan kondisi tubuh. Hatiku yang sudah hancur kian hancur. Ya Allah betapa berat ujian ini, keluhku dalam tangis.
Mamak dijadwalkan operasi penyedotan cairan paru-paru bila kondisi suhu tubuh dan darah sudah normal.
14 Juni 2023
Qodarullah luka pasca operasi sudah pada tahap infeksi, inilah yang menyebabkan demam tak kunjung turun, sehingga donor darah dan operasi sedot cairan paru-paru harus terus ditunda. Sesak napas juga semakin parah, sampai disarankan untuk tidak makan dan minum sementara. Menghindari tersedak yang berpotensi mengakibatkan makanan/minuman masuk ke saluran pernapasan.
Selepas Isya, dokter memanggilku menghadap. Langkah kaki kaku, keringat halus memburu, hatiku menciut ketakutan. Dokter menyampaikan sebuah kenyataan yang menamparku begitu kuat. Mamak harus segera dipindahkan ke ruang ICU untuk penanganan yang lebih intens akibat infeksi yang sudah menyebar ke seluruh tubuh. Aku sebagai anggota keluarga utama, dimintai menandatangani surat persetujuan pemindahan pasien. Dokter menepuk-nepuk punggungku, memintaku kuat dan sabar juga mengingatkan untuk menyerahkan segalanya kepada Allah semata.
Baru saja langkah kaki memasuki ruangan tempat Mamak berbaring, seorang perawat yang tengah memeriksa saturasi oksigen Mamak berlari keluar memanggil dokter jaga. Tidak lama kemudian berduyun-duyun beberapa dokter jaga dan perawat berlarian menuju ranjang Mamak. Melakukan berbagai upaya penyelamatan. Kakiku lemas kehilangan kekuatan untuk berpijak, aku pun kehilangan kesadaran menangis tak terkendali. Aku belum siap hati kehilangan lagi. Mama Gani menarik tanganku, memeluk lalu menjauhkan wajahku dari melihat Mamak. Berkali-kali aku berusaha menengok, berkali-kali pula aku dihadang. Kudengar suara mesin pendeteksi detak jantung berbunyi layaknya di dalam sinetron-sinetron, berbunyi tanpa jeda lagi. Tiiiiittttt.... Dan, itu berarti Mamak telah benar-benar pergi meninggalkan kami malam itu... Entah sekencang apa teriakanku, sesakit rasa kehilangan di hatiku.
15 Juni 2023
Mamak dimakamkan bersebelahan dengan pusara Bapak. Tubuh yang lemah setelah hampir sebulan tak kenal istirahat mendampingi Mamak, seperti sedang melayang. Berulang kali bertanya tak percaya, sedang mimpikah aku ya Allah?
---------------------------------------
Bagaimana dengan hari-hari kami berikutnya?
Sepasang pengantin baru yang belum sempat benar-benar menikmati masa-masa indahnya awal menikah. Perjalanan rumah tangga kami dimulai dengan kisah kehilangan yang teramat berat. Tidak cukup disitu, mau tidak mau kami mengambil kendali dalam menyelesaikan beberapa masalah keluarga. Termasuk hutang-hutang peninggalan orang tua yang harus segera dituntaskan berdua. Belum lagi, mengambil alih tanggung jawab terhadap kedua adik yang telah berstatus yatim piatu. Membiayai kebutuhan hidup, tempat tinggal dan biaya sekolah di perantauan. Juga, melanjutkan usaha kedua orang tua bermodalkan tekad dan uang sisa-sisa perjuangan, untuk mempertahankan mereka yang membersamai supaya tidak kehilangan pekerjaan. Belum lagi, menghadapi keadaan mental yang memburuk. Berdiri, melangkah sembari berupaya mengobati luka hati dan menghibur diri dengan keyakinan bahwa: "semua akan baik-baik saja nantinya".
Menangis dan menangis lagi sepertinya sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Bukan karena terlampau berlarut-larut dalam kesedihan. Melainkan, memberi ruang pada diri menjadi wajar untuk hancur dan mengekspresikan luka dengan air mata, karena mempertahankan waras bukan sebuah upaya yang mudah. Aku bangga untuk semua masalah yang berhasil kami selesaikan, bersyukur karena diselesaikan Allah dengan cara-Nya. Kami yang tak punya daya, tetapi Allah limpahkan kekuatan dan petunjuk menemukan jalan keluar.
Katanya, setiap pernikahan memiliki ujiannya masing-masing. Setiap rumah tangga diuji dengan porsi yang berbeda-beda. Barangkali beginilah ujian untuk kami, dan tidak ada manfaatnya bila mesti dibanding-bandingkan dengan ujian orang lain. Selayaknya manusia yang bertuhankan Allah, kami serahkan segalanya kepada Allah semata.
Terakhir, terima kasih suamiku... Seorang pendamping hidup yang sungguhan membersamai segalaku. Semoga sehidup sesyurga bersama, Aamiin.
#pojokjeda @zulfannisafirdaus
Picture from Pinterest
Komentar
Posting Komentar