Hmm, dasar aku. Perempuan super duper luar biasa. Istimewa sekali hati ini, gampang berubah suasana. Seakan terprogram begitu sensitif dengan segala kondisi, mudah hanyut terbawa perasaan. Sedikit-sedikit terpancing marah, selepasnya tertunduk berlinang air mata, sebentar kemudian senyum menyeringai bahkan tertawa terbahak-bahak seolah tak ada yang terjadi sebelumnya.
Dasar hatinya perempuan. Kenapa ya, bisa-bisanya sedemikian mudahnya membuat segala hal menjadi masalah? Bukan main, bahkan untuk hal-hal yang mungkin nampak sepele.
Seperti; bisa-bisanya aku membentak dengan keras adikku yang baru keluar dari kamar mandi perkara kakinya masih basah menyentuh lantai. Kemudian secara refleks ngamuk-ngamuk bergegas mengambil kain pel dan mengepel seluruh lantai yang padahal tidak kotor sama sekali. Apa salahnya sih lantai basah setitik? Tanya orang-orang serumah. Lalu, jawaban simpleku adalah: aku nggak suka liat lantai ada cap kakinya walaupun cuma keliatan sama mataku sendiri.
Seribet itu memang seorang aku. Huft. Kalo kata Mamak, "Mon sapona, laju rabai munih hulun manjau pok mu". (Artinya; kalo gitu caranya, nanti takut orang lain main ke rumahmu).
Jadi suka ketawa kalo Mamak udah mulai ngomong gitu. Bukan mauku seperti ini, sudah bawaan diri yang susah buat dijelaskan. Gimana dong? Pokoknya aku tuh emang nggak bisa banget menerima segala sesuatu yang sembarangan atau tidak sesuai dalam kacamata aku.
Hmm, dasar aku. Aku juga tidak pernah merencanakan suatu waktu aku mendadak nangis untuk sebuah hal yang bisa dibilang bukan masalah malah. Merasa tersentil sama omongan orang yang padahal belum tentu nyalahin aku.
Atau disaat lagi panik, iya~ aku si panikan yang bisa nangis kejer di tengah keramaian. Memalukan memang, sepertinya sikap acuh sama orang disekitar ada dampak yang buruk banget deh buat aku. Masak iya, aku bisa seketerlaluan itu, menyingkirkan rasa malu didepan orang banyak untuk nangis. Ini cuma kejadian kalo aku lagi bener-bener panik dan ini adalah musuh terberatku sampai dengan saat ini. Belum bisa teratasi, kayaknya butuh terapi panjang untuk menyembuhkannya.
Ah, aku. Kadang kepalaku disesaki pertanyaan, siapakah gerangan dia yang mau dengan tulus menerima segala keistimewaan ini? penuh ketulusan serta kesabaran.
Barangkali di luar sana banyak orang yang merasa segala sifat yang ku miliki ini buruk. Barangkali memang begitu. Meski demikian, aku hanya ingin tetap menjadi diriku, inilah sebenar-benarnya aku.
#Random
By: Zulfannisafirdaus
Gambar: Pinterest
Komentar
Posting Komentar