Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Fokus, jadilah diri sendiri!

Saat menulis catatan ini, aku terpaku sejenak. Bayangan wajah kedua orang tua berkelabat dalam benakku. Dua sosok yang begitu menginginkan diriku sesukses impian mereka. Rasa-rasanya aku tidak sanggup jika harus memberi luka, sebab tak mampu berbuat sebagaimana mereka mau. Ya, aku tak mungkin menambah luka lagi setelah begitu banyak luka tertoreh di hati mereka. Aku memang belum mampu memberi seperti yang mereka ingini, tapi jauh didalam lubuk hatiku aku ingin menghadirkan senyuman di wajah mereka sepanjang masa "dengan caraku sendiri".  Banyak sekali ku tampung masukan-masukan dari orang-orang yang  ngakunya  memberi nasihat supaya lebih terarah. Namun, nyatanya aku menangkap setiap kata yang keluar dari bibir mereka semacam kritikan tanpa solusi. Mereka terlalu banyak memberi perumpamaan. Memberi contoh dengan menghadirkan cerita sosok A sampai Z yang menurut mereka telah mencapai kata sukses dalam urusan pekerjaan. Entah mengapa tak satupun kisah yang terpa...

Belajar dari Seorang Pemulung

Pagi yang segar. Semerbak aroma sejuk memenuhi rongga dada. Pagi yang membawa semangat bagi jiwa-jiwa yang memiliki hati penuh rasa syukur atas karunia nikmat Rabb semesta. Jam dinding kamarku menunjukkan pukul 06.10 WIB, saatnya aku bergegas meninggalkan hangatnya suasana rumah. Seperti pagi-pagi biasanya, ku mulai hari dengan doa dan harapan-harapan kebaikan. Berbalut jaket kesayangan, memacu motor scoopy merahku dengan kecepatan rendah di jalanan yang masih sepi. Tak lupa ditemani seputar lagu religi sekedar mengusir rasa kantuk yang barangkali sewaktu-waktu hinggap saat berkendara. Pagi memang selalu menawarkan awal baru sebelum menjalani sekelumit hiruk-pikuk kehidupan. Meskipun hawa dingin masih terasa menusuk, bagi sebagian orang hal ini tidak menjadi penghalang untuk melanjutkan rutinitas harian. Sepanjang jalanan beberapa kali aku berpapasan dengan bapak-bapak dengan semangat pagi luar biasa mendorong gerobak jualan meniti jalanan. Beberapa bahkan memanggul ku...

Move On

Aku tertunduk lesu, sedikit menghela napas. Suara dering  handphone  kembali berbunyi. Terdiam, kemudian mengumpulkan energi untuk membuka sebuah  chat  yang beberapa kali notifikasinya muncul di layar utama  handphone ku. Masih menggenggam  handphone , berpikir beberapa menit. "Mengapa aku masih menyimpan kontaknya?", aku mulai bertanya dalam hati. "Apa benar dia? atau jangan-jangan aku lupa ada rekan kerjaku yang bernama sama?". "Ah siapa? Rasanya ga ada". Aku mencoba mengingat-ingat nama semua laki-laki di tempat kerjaku. "Atau teman di kampus?". Berusaha berpikir, menggigit bibir sembari menatap langit-langit ruang kerja. "Ah... Ataukah adik mahasiswa baru yang kemarin mau gabung ke himpunan? Siapa nama adik itu ya? Apa ini dia?", Aku kembali menebak-nebak. Mengetuk dua kali layar  handphone , layar menyala. Ada dua pesan belum terbaca. Dari pengirim yang sama. "BENI". Belum sempat menggeser pol...