Beberapa waktu lalu, aku tergelitik miris oleh pertanyaan ibu-ibu di sebuah acara syukuran. Hmm, apalagi kalo bukan soal; kapan menikah atau kenapa belum menikah? Kayaknya, ini udah jadi pertanyaan wajib para ibu ketika bertemu perempuan lajang seusiaku deh. Huh, dasar ibu-ibu. Lalu, entah kenapa aku terpikir untuk membahasnya di blog kali ini. Pengen aja gitu menulis kembali sesuatu yang berbau nikah-nikahan. Walaupun barangkali nanti isinya lebih menjurus kepada curahan hatiku saja. Iya... tak apalah, itung-itung meluapkan uneg-uneg. Syukur-syukur bikin hati jadi plong. Sebenarnya udah nggak kaget lagi sama mulut latahnya para ibu yang senang nanyain hal sensitif. Suka nggak pake mikir nanya-nanya tuh, main ceplos-ceplos tanpa melihat kondisi orang yang ditanya. Sebel juga sih kalo keseringan. Tapi mau apa dikata, ngadepin ibu-ibu gituloh. Jurus paling aman menghadapinya sementara ini; yaa... diam saja sembari senyum meringis. Kalo mau jujur-jujuran, mana ada orang yang me...
Jeda Seorang Introvert | Writing for Healing