Langsung ke konten utama

Kamu Manusia Biasa Kok^.^



Jangan sok kuat di hadapan Allah.
Menangislah, jika ingin menangis.
Sah-sah saja, biarkan tangis itu membuat suasana hatimu menjadi lebih baik.

Kamu, manusia biasa kok.
Setangguh-tangguhnya kamu, kamu tetap manusia lemah yang punya air mata.
Allah tau kamu lelah, Allah tau seluruh kesulitan-kesulitan yang sedang kamu alami.
Allah juga tau seperti apa kamu sudah berjuang.

Well, saatnya membiarkan hatimu yang lemah menjelaskan isinya kepada Allah yang kapanpun bersedia mendengar curhatanmu.
Biarkan air mata itu menjelma seperti sungai yang mengalir deras di pipimu.

Hatimu yang lembut selalu punya ruang disisi Allah.
Tidak ada tempat menangis paling nyaman selain diatas gelaran sajadah, bukan?

Saat kamu bercerita sembari memohon-mohon kepada sang pemilik dirimu yang seutuhnya.

Lalu, di satu waktu yang sama, ketika sedang sibuk-sibuknya meluapkan isi hatimu kepada Allah.

Bayangkan, ketika itulah saat Allah menujumu.
Seperti cahaya terang yang segera membubarkan awan mendung dari dalam hati.

"Layukallifullahu nafsan illa wus'aha..."

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...". (Al-Baqarah:286)

"Ya ayyuhallazina amanusta'inu bis-sabri was-salah, innallaha ma'as sabirin"

"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". (Al-Baqarah:153)

"Inna ma'al usri yusra"
"Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan" (Al-Insyirah:6)

Begitulah Allah menjawab kegundahan.
Begitulah Allah selalu menjadi tempat kembali terbaik.

Begitulah Allah selalu membuat air mata yang jatuh tidak pernah sia-sia selama tumpah dihadapan-Nya. 
Rasanya tenang, mengingat selalu ada Allah yang menemanimu dalam penjagaan-Nya.
____________________________________________________
Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Apabila ia mengingatku di dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya di dalam diri-Ku.

Dan apabila ia mengingat-Ku dalam suatu perkumpulan manusia, maka Aku akan menyebut namanya di dalam suatu perkumpulan yang lebih baik dari perkumpulannya.

Apabila ia mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya se-hasta, dan apabila ia mendekat kepada-Ku se-hasta maka Aku mendekat kepadanya se-depa.

Dan apabila ia mendatangi-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendatanginya dengan berlari-lari kecil. (HR. Bukhari, Ahmad,Tirmizi)

____________________________________________________

Ditulis: @zulfannisafirdaus

Gambar: Pinterest

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menata Jejak #2: Hamil Pertama

  Tadinya, berita tentang kehamilan adalah hal yang paling kuhindari. Melihat dan mendengar cerita orang lain pun tak begitu aku hiraukan, bahkan postingan orang tentang anak kecil nan imut saja aku skip seolah tak tertarik untuk mengamati. Bukan tidak suka, hanya saja aku menghindar karena khawatir ada sejumput rasa iri di hati yang berujung menjadi ain yang tidak terniatkan. Sungguh tak pantas bukan, jika kebahagiaan orang lain mesti rusak karena ku. Aku berada di fase pasrah, semacam yaa sudahlah mau kapanpun Allah kasih rezeki buah hati aku santai saja tak begitu menanti tak juga hilang keinginan memiliki. Sekedar menikmati saja, aku tak lagi begitu menggebu seperti yang lalu. Beberapa tespack yang menunjukkan hasil negatif ku simpan sebagai kenang-kenangan bahwa aku pernah sebegitu menanti, hingga sekedar lelah menghinggapi saja membuatku berasumsi tengah berbadan dua hingga bersegera membeli alat pendeteksi kehamilan tersebut. Entah apa yang terjadi pada diri, bagaimana pula...

Jejak Luka #17: Tuntutan Hamil di Usia Satu Tahun Pernikahan

  Terimakasih sudah berjuang... Iya, terimakasih kusampaikan pada diriku yang telah banyak melewati asam dan pahit kehidupan dewasa ini. Melewati satu demi satu hari tersulit sepanjang hidup, menemui beragam peristiwa terpedih dan menjadi penyabar yang berakhir mampu memaklumi segala. Tentu, tidak menyangka aku bisa bertahan, andai saja meniti lagi sedetail mungkin apa-apa yang terjadi belakangan. Boleh jadi, semestinya aku sudah gila. Namun ternyata aku masih mampu berada di titik baik-baik saja begini, sungguh ajaib bukan? Usia pernikahanku baru saja menginjak setahun dua bulan. Masih terlalu belia untuk mendapati banyaknya suara bising mempertanyakan kemampuanku untuk beroleh keturunan. Entah dari mereka yang asing pun dari yang paling dekat. Tidakkah ini terbilang berlebihan? Sering aku bertanya dalam keheningan diri, mengapa demikian tega menyentilku dengan dalih sebagai bentuk perhatian. Apalagi yang terlampau berisik itu justru sesama perempuan, bahkan seorang dengan berlabe...

Menata Jejak #1: Adaptasi Lingkungan Baru

Bandung dan serentetan cerita dibaliknya adalah bagian dari hidup yang tak akan mungkin terlupa dari ingatan. Seluruh jejak yang terekam masih basah, seperti baru kemarin saja terjadi. Iya, seperempat perjalanan menjadi dewasa pernah dihabiskan di kota kembang itu. Dimana pernah kata pulang hanya menjadi angan-angan, tidak terlintas akan kembali ke tanah tempat dibesarkan untuk waktu yang agak panjang apalagi sampai boleh menetap. Perjalanan hidup memang tidak bisa ditebak, hingga bagaimana aku bisa berada disini kemudian akhirnya merindukan hawa Bandung dan setiap sudut yang menyimpan kenangan. Tak kusangka, rumah kini bak lingkungan baru yang meminta agar mampu menyesuaikan diri. Kini alamat di kartu tanda penduduk telah berubah lagi, aku kembali resmi sebagai penduduk Desa Campang Tiga Ulu dan bahkan telah berstatus menikah.  Menjalani kehidupan rumah tangga di sebuah desa, kala sebelumnya kami berdua dibuat nyaman oleh kemudahan beraktifitas di kota. Keberadaan gofood atau driv...