Langsung ke konten utama

Semoga Kamu Selalu Baik-Baik Saja

Apapun yang terjadi, semoga kamu selalu baik-baik saja.

Setiap orang selalu punya celah menyakiti. Jika kamu benar-benar terluka, semoga kamu cepat-cepat mengobati lukamu. Tidak bergegas membalas dengan bertindak sama. Jika lukamu meradang, tetaplah memilih untuk terus mengobati sampai benar-benar sembuh. Tidak sama sekali menyimpan dendam. Ingat-ingat baiknya dan terus berusaha melupakan buruk-buruknya.

Semoga kamu selalu baik-baik saja.

Jika kamu lelah, istirahatlah sejenak. Beri sedikit waktu untukmu bercengkrama dengan diri sendiri. Semoga membuatmu berpikir lebih jernih dan segera tahu apa yang harus kamu lakukan.

Semoga kamu tetap baik-baik saja.

Meski tanpa ada yang membersamai sepimu. Untukmu, bersama Allah lebih dari cukup. Waktu-waktu sulit pasti akan terlewati dengan sendirinya. Kamu hanya akan selalu bersyukur atas segala nikmat yang dimiliki sampai detik ini. Menyukai setiap kurang dan lebihnya. Menyenangi suka dan dukanya.

Aku tahu. Hatimu lebih banyak patah. Hari-harimu lebih banyak dibasahi air mata. Jika hatimu tidak utuh, semoga kamu selalu berusaha mengutuhkan kembali.

Aku tahu. Kamu pasti berusaha untuk selalu tampil baik-baik saja meskipun hatimu tidak sedang baik-baik. Memutuskan menghabiskan hari-hari menjadi orang yang bahagia, tidak berlama-lama memeluk luka.

Bagaimanapun, apapun yang terjadi, semoga kamu selalu baik-baik saja;)

~Zulfannisafirdaus
#tulisanzulfannisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menata Jejak #2: Hamil Pertama

  Tadinya, berita tentang kehamilan adalah hal yang paling kuhindari. Melihat dan mendengar cerita orang lain pun tak begitu aku hiraukan, bahkan postingan orang tentang anak kecil nan imut saja aku skip seolah tak tertarik untuk mengamati. Bukan tidak suka, hanya saja aku menghindar karena khawatir ada sejumput rasa iri di hati yang berujung menjadi ain yang tidak terniatkan. Sungguh tak pantas bukan, jika kebahagiaan orang lain mesti rusak karena ku. Aku berada di fase pasrah, semacam yaa sudahlah mau kapanpun Allah kasih rezeki buah hati aku santai saja tak begitu menanti tak juga hilang keinginan memiliki. Sekedar menikmati saja, aku tak lagi begitu menggebu seperti yang lalu. Beberapa tespack yang menunjukkan hasil negatif ku simpan sebagai kenang-kenangan bahwa aku pernah sebegitu menanti, hingga sekedar lelah menghinggapi saja membuatku berasumsi tengah berbadan dua hingga bersegera membeli alat pendeteksi kehamilan tersebut. Entah apa yang terjadi pada diri, bagaimana pula...

Jejak Luka #17: Tuntutan Hamil di Usia Satu Tahun Pernikahan

  Terimakasih sudah berjuang... Iya, terimakasih kusampaikan pada diriku yang telah banyak melewati asam dan pahit kehidupan dewasa ini. Melewati satu demi satu hari tersulit sepanjang hidup, menemui beragam peristiwa terpedih dan menjadi penyabar yang berakhir mampu memaklumi segala. Tentu, tidak menyangka aku bisa bertahan, andai saja meniti lagi sedetail mungkin apa-apa yang terjadi belakangan. Boleh jadi, semestinya aku sudah gila. Namun ternyata aku masih mampu berada di titik baik-baik saja begini, sungguh ajaib bukan? Usia pernikahanku baru saja menginjak setahun dua bulan. Masih terlalu belia untuk mendapati banyaknya suara bising mempertanyakan kemampuanku untuk beroleh keturunan. Entah dari mereka yang asing pun dari yang paling dekat. Tidakkah ini terbilang berlebihan? Sering aku bertanya dalam keheningan diri, mengapa demikian tega menyentilku dengan dalih sebagai bentuk perhatian. Apalagi yang terlampau berisik itu justru sesama perempuan, bahkan seorang dengan berlabe...

Menata Jejak #1: Adaptasi Lingkungan Baru

Bandung dan serentetan cerita dibaliknya adalah bagian dari hidup yang tak akan mungkin terlupa dari ingatan. Seluruh jejak yang terekam masih basah, seperti baru kemarin saja terjadi. Iya, seperempat perjalanan menjadi dewasa pernah dihabiskan di kota kembang itu. Dimana pernah kata pulang hanya menjadi angan-angan, tidak terlintas akan kembali ke tanah tempat dibesarkan untuk waktu yang agak panjang apalagi sampai boleh menetap. Perjalanan hidup memang tidak bisa ditebak, hingga bagaimana aku bisa berada disini kemudian akhirnya merindukan hawa Bandung dan setiap sudut yang menyimpan kenangan. Tak kusangka, rumah kini bak lingkungan baru yang meminta agar mampu menyesuaikan diri. Kini alamat di kartu tanda penduduk telah berubah lagi, aku kembali resmi sebagai penduduk Desa Campang Tiga Ulu dan bahkan telah berstatus menikah.  Menjalani kehidupan rumah tangga di sebuah desa, kala sebelumnya kami berdua dibuat nyaman oleh kemudahan beraktifitas di kota. Keberadaan gofood atau driv...